Makalah ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok
Pada Mata Kuliah
psikologi belajar bahasa
Dosen Pengampu :
Prof. Dr.H.Moch.Matsna HS,M.A
Asisten Dosesn :
Erta Mahyuddin, Lc., S.S., M.Pd.I.
Disusun Oleh :
Nasrullah : 109012000020
Ira Fardiawati :
109012000030
Sri Herawati : 109012000004
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2012
UMUR YANG LAYAK DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ASING
A.
Pendahuluan
Setiap anak manusia pada dasarnya mempunyai kemampuan untuk
menguasai setiap bahasa, walaupun dalam kadar dan dorongan yang berbeda.
Adapun diantara perbedaan-perbedaan tersebut adalah tujuan-tujuan pengajaran
yang ingin dicapai, kemampuan dasar yang dimiliki, motivasi yang ada di dalam
diri dan minat serta ketekunannya. Karena itu pengajaran bahasa asing,
semisal bahasa Arab, harus dijalani sesuai dengan tuntutan pembelajaran anak.
Dan untuk dapat berbuat demikian, diperlukan seorang guru yang benar-benar
kompeten dalam pembelajaran bahasa Arab untuk anak-anak.[1]
Simpulan dari semua studi, umumnya menyatakan bahwa dalam belajar
bahasa anak-anak lebih baik daripada orang dewasa dalam semua hal, terutama
berkenaan dengan pencapaian hasil akhir. Anak-anak kelihatan sangat luas dan
mudah dalam memperoleh bahasa baru.
Waktu yang tepat untuk memulai belajar bahasa kedua di
sekolah umum, sesuai dengan tuntutan psikologi anak adalah umur 6-10 tahun.
Untuk belajar bahasa secara
alamiah di lingkungan penutur asli dapat terjadi hanya selama priode kritis
untuk pemerolehan bahasa, yaitu umur dua tahun dan masa pubertas. Sebelum
umur dua tahun, belajar bahasa tidak mungkin dilakukan karena kurangnya
kedewasaan otak, sedangkan pada masa pubertas laterisasi fungsi bahasa ke dalam
bagian otak yang disebut hamisfer dominan telah selesai. Hal ini mengakibatkan
hilangnya kelenturan serebral otak yang diperlukan untuk belajar bahasa. Oleh
karena itu setelah masa pubertas bahasa harus diajarkan dan dipelajari melalui
usaha sadar dan keras dan dalam
situasi yang harus diciptakan.[2]
B.
Kesiapan Anak-Anak Mempelajari Bahasa Arab (Asing)
Pembelajaran bahasa Arab untuk anak-anak yang
dimaksud dalam tulisan ini adalah pembelajaran bahasa Arab sebagai bahasa
asing, bukan sebagai bahasa ibu. Artinya sebagai bahasa tambahan
yang dipelajari oleh seseorang diluar bahasa asli yang menjadi bahasa
komunikasinya sehari-hari.[3] Dan
yang dimaksud dengan anak-anak adalah mereka yang berusia antara 6 sampai 12
tahun, yaitu sampai mereka mencapai penghujung “Masa Sekolah Bahasa Ibu”.
Masa sekolah bahasa ibu adalah istilah yang diperkenalkan oleh Johan Amos
Comenisus yang membagi masa-masa perkembangan manusia berdasarkan tingkat
sekolah yang diduduki anak itu sesuai dengan tingkat usia dan menurut bahasa
yang dipelajarinya di sekolah.[4]
Di antara berbagai faktor mempengaruhi kesiapan siswa mempelajari bahasa asing adalah faktor
usia. Terkait dengan faktor usia ini, yang pasti disepakati oleh banyak
pihak adalah tingkat kematangan berbahasa anak yang diidentikkan dengan tingkat
usia mempunyai pengaruh besar terhadap penguasaan bahasa asing. Lalu apakah
anak-anak dianggap telah siap untuk mempelajari bahasa asing? Ada yang beranggapan
mereka sudah siap bahkan semakin muda usia semakin mudah anak belajar
bahasa asing dibandingkan orang dewasa. Ada pula yang berpendapat, belajar
bahasa asing sejak dini bukan jaminan keberhasilan.[5]
Beberapa alasan yang diajukan oleh
orang-orang yang menolak pembelajaran bahasa asing untuk anak-anak
diantaranya dikatakan dalam bukunya doktor ali muhammad alqosimi banyak
ditemukan buku dan artikel yang tidak percaya tentang hal memasukkan bahasa
asing ke dalam materi pembelajaran bagi pemula, alasan ini berdasarkan
psikologi dan kesiapan anak,orang dewasa lebih mampu mempelajari bahasa asing, pelajaran bahasa asing menyulitkan
anak-anak, mempelajari bahasa asing dapat menghalangi anak-anak
menguasai bahasa ibunya dengan baik, dan dualisme bahasa dapat
menghalangi pertumbuhan kognisi dan efeksi anak-anak
Dari segi kognitif, orang dewasa cenderung
lebih sempurna dalam menguasai kaidah ekplisit, yaitu tatabahasa. Namun dari segi afektif, yaitu sikap dan sifat pribadi yang
mendukung proses belajar bahasa kedua, orang tua cenderung kurang dibandingkan
anak-anak. Hal ini dilaporkan oleh hasil penelitian Taylor pada tahun 1974
dan Schuman pada tahun 1975. Mereka melaporkan bahwa anak-anak mempunyai kapasitas
pribadi yang lebih besar daripada orang dewasa. Anak-anak belum memiliki
hambatan-hambatan psikologis tentang identitas diri, yaitu misalnya
rasa takut salah dalam menggunakan bahasa kedua. Mereka tidak terhalangi
dalam belajar bahasa kedua dengan sikap negative terhadap penutur bahasa itu
dan anak-anak pada umumnya mempunyai dorongan yang kuat untuk belajar bahasa.
Ini berarti bahwa anak-anak menghadapi tugas belajarnya sebagi tugas yang
ringan.[6]
Namun sebaliknya, seperti telah dikemukakan, orang
dewasa mempunyai beberapa keuntungan kognitif yang lebih baik daripada
anak-anak, terutama bila bahasa kedua dipelajari dalam situasi kelas
dengan banyak penekanan pada kaidah bahasa. Orang dewasa mempunyai kapasitas ingatan yang lebih besar, cara
berpikir yang lebih dewasa, sehingga hal inipun menjadi pendorong belajar yang
kuat. Terutama sekali bila tujuan belajar berbahasa itu bersifat
instrumental, yaitu bahasa sebagai alat. Misalnya, belajar bahasa untuk
tujuan perjalanan jauh ke luar negeri.[7]
Sedangkan doctor qousi, seorang spesialis
psikologi pendidikan menyatakan bahwa pembelajaran bahasa asing pada usia dini
itu lebih baik, dan bahasa asing itu tidak akan berdampak negative bagi
pengetahuannya tentang bahasa ibu mereka.[8]
Bandingkan dengan alasan-alasan para pendukung pengajaran bahasa asing
untuk anak-anak berikut ini, yaitu :
(a)
semakin hari kebutuhan akan penguasaan bahasa asing semakin
meningkat, karenanya harus dipersiapkan sejak dini,
(b)
secara sosial banyak masyarakat yang menggunakan dua atau lebih
bahasa untuk komunikasi sehari-hari mereka, ada juga beberapa Negara yang
memiliki lebih dari satu bahasa resmi,
(c)
dari sudut pandang pendidikan, mengajarkan bahasa asing kepada
anak-anak sejak dini berarti membekali mereka dengan wawasan hidup yang
mengglobal,
(d)
anak-anak mempunyai kemampuan yang luar biasa untuk belajar banyak
bahasa, diantaranya kemampuan mereka untuk meniru bunyi-bunyi bahasa yang tidak
dimiliki orang dewasa,
(e)
berdasarkan penelitian terhadap perkembangan saraf-saraf otak
manusia menunjukkan bahwa pada masa anak-anak kondisinya fleksibel sehingga
gampang untuk diperkenalkan dengan beberapa bahasa,
(f)
perkembangan bahasa manusia bukan lahir begitu saja (garaziy/instinctive),
tetapi harus dibiasakan,
(g)
karena bahasa adalah kebiasaan maka membiasakan anak-anak untuk
berbahasa dengan beberapa bahasa sekaligus sejak dini lebih gampang dari pada
ketika mereka sudah dewasa dimana kebiasaan berbahasanya sudah mapan dengan
suatu bahasa tertentu dan susah diubah atau diperbaiki,
(h)
pengalaman beberapa Negara (seperti Amerika, Prancis, dan Jerman)
dalam mengajarkan bahasa asing untuk anak-anak menunjukkan hasil yang
menggembirakan.[9]
Ditegaskan lagi bahwa yang dimaksud dengan
anak-anak dalam makalah ini adalah mereka yang berada pada usia antara 6
sampai 12 tahun, secara normal mereka adalah sedang belajar di
kelas 1 sampai kelas 6 Madrasah Ibtida’iyah/Sekolah Dasar. Usia 6 sampai 12 tahun merupakan masa emas atau paling ideal
untuk belajar bahasa selain bahasa ibu. Alasannya, seperti yang sudah
dijelaskan sebelumnya, otak anak masih elastis dan lentur, sehingga
proses penyerapan bahasa lebih mulus. Lagi pula daya penyerapan bahasa pada
anak berfungsi secara otomatis.[10]
Sebaliknya, sebelum
anak-anak mencapai usia 6 tahun sebaiknya kita harus mengambil sikap
menahan diri. Dan yang lebih penting adalah hendaknya pengajaran bahasa
Arab atau bahasa asing lainnya tidak dipaksakan kepada anak-anak dan dengan
memperhatikan kebutuhan dan perkembangan mereka. Para orang tua dan guru
dianjurkan agar tidak memaksakan anak-anak (murid) mereka yang masih dibawah
lima tahun untuk belajar bahasa asing selain bahasa ibunya. Karena, hal itu
dapat menganggu perkembangan kecerdasan emosi, intelektual, serta motorik si
anak. Kalau dipaksakan bisa terhambat, dan tumbuh hanya dengan perintah.
Sebaiknya orang tua jangan memaksakan obsesinya kepada anak-anaknya. Dalam usia
balita, anak pun belum membutuhkan kemampuan berbahasa asing.
Anak-anak cukup mengetahui adanya bahasa asing, tetapi tidak harus
mempelajarinya.[11]
Ditambah lagi bahwa dalam bahasa terkandung makna-makna moral
yang perlu diketahui oleh anak. Sehingga, ketika anak belajar bahasa ibu, ia
mengetahui nilai moral maupun budaya dibalik kata-kata yang diucapkannya.
Adapun bahasa asing memiliki pendekatan budaya yang berbeda dari bahasa
ibu. Sehingga, bahasa asing sebaiknya dikenalkan kepada anak sebatas
sebeagai pengetahuan saja. Bila anak-anak yang dipaksakan belajar bahasa
asing, dikhawatirkan dapat menganggu pertumbuhan kejiwaannya. Apalagi bila tidak
ditanamkan nilai-nilai dasar yang memadai. Bahasa itu simbol. Jadi sebelum
si anak memahami betul bahasa ibunya maka orangtua jangan memaksakan anak untuk
belajar bahasa asing.[12]
C. Karakteristik
Siswa MI/SD Sebagai Pembelajar Pemula Bahasa Arab (Asing)
Pada umumnya karakteristik siswa MI/SD senang
belajar sesuatu yang baru, termasuk belajar bahasa dengan cara melakukan sesuatu (learning by
doing), misalnya dengan bermain, bernyanyi, dan menggerakkan anggota
tubuh.
Pada umumnya anak-anak memiliki sikap egocentric,
yaitu ada kecenderungan mereka suka menghubungkan apa yang mereka pelajari
dan apa yang mereka lakukan dengan diri mereka sendiri. Mereka akan menyukai segala hal dalam pelajaran bahasa yang ada
hubungannya dengan kehidupan mereka dengan dunia sekelilingnya. Misalnya,
akan lebih mudah untuk mempelajari materi atau bahan yang menggunakan kata atau
frasa, seperti :
اسمي .......................، عندي.....................، هذا قلمي
....................
Dalam proses
perkembangannya anak akan mengalami perubahan. Perubahan fisik karena mereka
tumbuh dan perubahan sifat dan perilakunya. Menginjak usia 10 tahun (kelas
4) mereka mengalami proses perubahan yang tadinya egocentric
menuju kehubungan timbale balik, yaitu tidak hanya berpusat pada dirinya,
tetapi sudah memperhatikan orang lain yang tadinya berfokus pasa dirinya
(أنا .......
عندي ........) sekarang mulai terbuka untuk yang lain, misalnya sudah
memperhatikan أنت
, yaitu temannya.
Waktu memperkenalkan bahasa Arab
kepada anak-anak, sebaiknya diawali dengan hal-hal yang kongkret lebih
dahulu. Kemudian menuju ke hal-hal yang bersifat abstrak. Pada tingkat
permulaan sebaiknya tidak hanya mengandalkan kata-kata dan bahasa lisan saja,
tetapi perlu dilengkapi dengan contoh nyata. Banyak objek atau benda
nyata dan gambar yang bisa digunakan. Benda-benda yang ada disekitar
anak-anak, misalnya kursi, meja, papan tulis, pintu, alat-alat tulis
merupakan contoh benda kongkret yang dengan mudah dapat diperkenalkan kepada
siswa dalam bahasa Arab dan dapat digunakan untuk memperkenalkan secara
implisit struktur kalimat bahasa Arab.
Ketika usia anak sudah bertambah, mereka sudah bisa
membedakan antara fakta dan fiksi dan mulai bisa mengerti hal-hal yang abstrak.
Beberapa ahli menyatakan bahwa anak adalah pembelajar aktif (active
learners). Anak-anak yang pada dasarnya aktif akan menyukai pembelajaran
melalui permainan-permainan, cerita maupun lagu. secara tidak langsung mereka
akan lebih termotivasi untuk belajar bahasa Arab. Bermain merupakan bagian dari
kehidupan mereka sehari-hari. Guru perlu memanfaatkan beberapa teknik tersebut
untuk mengembangkan pembelajaran di MI.
Pada
usia 10-12 tahun anak-anak sudah dapat bekerja sama dengan temannya.
Mereka dapat diberi kegiatan untuk dikerjakan bersama-sama. Walaupun ada
anak yang sudah dapat berkonsentrasi lebih lama, variasi kegiatan masih
diperlukan. Kerja kelompok dapat berupa membuat daftar, melengkapi
kalimat, mengisi teka-teki silang dan masih banyak yang lain.
Kehidupan
anak-anak dipenuhi dengan warna. Kegiatan dan tugas-tugas yang disertai
gambar-gambar yang cukup besar dan berwarna-warni dapat membuat mereka lebih
gembira. Kegiatan mewarnai gambar tentu akan dikerjakan dengan gembira
sambil mengenal nama-nama dalam bahasa Arab dan benda yang ada pada gambar
tersebut.
Dalam
kehidupan sehari-hari, pada umumnya anak-anak suka bernyanyi dan
mendengarkan lagu. Kegiatan belajar bahasa dengan melalui lagu disukai oleh
hampir semua anak termasuk anak yang pemalu sekalipun. Ketika anak-anak
bernyanyi berarti mereka menggunakan bahasa Arab untuk menyampaikan suatu pesan
yang cukup bermakna.
Games atau permainan, cerita dan teka-teki sama menariknya bagi pembelajar muda. Melalui cerita, siswa
dapat lebih memusatkan perhatian pada konteks secara utuh, bukan kata
demi kata. Demikian pula dengan melalui permainan, siswa terdorong
untuk lebih aktif dan lebih bebas dan alami menggunakan bahasa Arab dalam
situasi yang gembira.
Muhaiban
(2008) menjelaskan beberapa karakteristik lain anak-anak seperti berikut ini :
(1) memiliki kecenderungan suka bermain dan bersenang-senang, (2) memahami
hal-hal di sekitarnya secara holistik (utuh) tidak secara analitik, (3) belajar
bahasa melewati suatu masa yang disebut periode bisu (fatroh al-shumti),
dimana mereka hanya dapat mendengar, belum dapat berbicara, (4) cenderung
belajar bahasa melalui pemerolehan, yaitu suatu pengembangan kemampuan
berbahasa secara alamiah, bukan mempelajari bahasa secara formal dengan
mengkaji aturan-aturan bahasa; dan (5) pada usia sekolah dasar pada umumnya
berada pada taraf berfikir secara kongkret.
Para
ahli pembelajaran bahasa untuk anak, di antaranya Scott, Lee, dan Borridge
mengemukakan beberapa prinsip pembelajaran yang harus diperhatikan dalam
pengajaran bahasa untuk anak-anak, yaitu sebagai berikut.[13]
(1) Pembelajaran bahasa berpijak pada dunia anak, yaitu keluarga, rumah,
sekolah, mainan dan teman bermain. (2) Pembelajaran bahasa berangkat dari
sesuatu yang sudah diketahui dan dekat dengan atau mudah dijangkau oleh siswa
ke sesuatu yang belum diketahui atau jauh dari jangkauan mereka. Misalnya, dari
lingkungan rumah kelingkungan luar rumah, dilanjutkan ke lingkungan teman
sejawat, kemudian ke lingkungan sekolah. (3) Pembelajaran bahasa dikaitkan
dengan hal-hal yang menjadi interes (daya tarik) anak. (4)
Pokok-pokok pembelajaran yang disajikan berangkat dari pengetahuan yang tidak
dimiliki siswa, dengan menggunakan bahasa Arab sederhana. (5) Tugas-tugas
dalam pelajaran bahasa diorientasikan kepada aktifitas atau kegiatan gerak.
(6) Bahan pembelajaran merupakan kombinasi antara sesuatu yang bersifat
fiksi dan non-fiksi/kongkret. (7) Materi pembelajaran diorientasikan kepada
pengembangan keterampilan bahasa. (8) Budaya nasional dan asing dikenalkan
secara bertahap. (9) Pokok-pokok pembelajaran dan tugas-tugas hendaknya
disesuaikan dengan usia pembelajar.
Selain
ciri-ciri pembelajar bahasa pemula yang telah dibahas sebelumnya, masih ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan guru, antara lain berikut ini.
1.
Anak-anak sebenarnya belum menyadari untuk apa mereka belajar
bahasa asing walaupun mereka senang dan bersemangat.
2.
Anak belajar bahasa Arab mula-mula dengan cara menyimak, kemudian
menirukan. Kadang-kadang mereka seolah-olah tidak mendengarkan, tetapi suatu
ketika dapat menirukan dengan benar.
3.
Dunia anak dengan berbagai kegiatannya berbeda dengan dunia orang
dewasa. Anak tidak selalu memahami apa yang dikatakan orang dewasa. Demikian
pula orang dewasa, tidak selalu mengerti apa yang dikatakan anak. Interaksi
social sangat penting manfaatnya.
4.
Anak selalu ingin tahu. Oleh karena itu, anak-anak suka bertanya.[14]
D.
Kesimpulan
Pembelajaran bahasa Arab untuk anak-anak yang dimaksud
dalam tulisan ini adalah pembelajaran bahasa Arab sebagai bahasa asing, bukan
sebagai bahasa ibu. Artinya sebagai bahasa tambahan yang dipelajari oleh
seseorang diluar bahasa asli yang menjadi bahasa komunikasinya sehari-hari.[15] Dan yang dimaksud dengan anak-anak adalah
mereka yang berusia antara 6 sampai 12 tahun.
Alasan yang diajukan oleh orang-orang yang
menolak pembelajaran bahasa asing untuk anak-anak diantaranya dikatakan dalam
bukunya doktor ali muhammad alqosimi banyak ditemukan buku dan artikel yang
tidak percaya tentang hal memasukkan bahasa asing ke dalam materi pembelajaran
bagi pemula. alasan ini berdasarkan psikologi dan kesiapan anak,orang dewasa
lebih mampu mempelajari bahasa asing,
pelajaran bahasa asing menyulitkan anak-anak, mempelajari bahasa asing
dapat menghalangi anak-anak menguasai bahasa ibunya dengan baik, dan dualisme
bahasa dapat menghalangi pertumbuhan kognisi dan efeksi anak-anak.
Alasan para pendukung pengajaran bahasa asing
untuk anak-anak berikut ini, yaitu:
a. semakin hari
kebutuhan akan penguasaan bahasa asing semakin meningkat
b. secara sosial banyak masyarakat yang
menggunakan dua atau lebih bahasa untuk komunikasi sehari-hari mereka
c.
dari sudut pandang pendidikan, mengajarkan bahasa asing kepada
anak-anak sejak dini berarti membekali mereka dengan wawasan hidup yang
mengglobal,
d.
anak-anak mempunyai kemampuan yang luar biasa untuk belajar banyak
bahasa, diantaranya kemampuan mereka untuk meniru bunyi-bunyi bahasa yang tidak
dimiliki orang dewasa,
e.
berdasarkan penelitian terhadap perkembangan saraf-saraf otak
manusia menunjukkan bahwa pada masa anak-anak kondisinya fleksibel sehingga
gampang untuk diperkenalkan dengan beberapa bahasa,
f.
perkembangan bahasa manusia bukan lahir begitu saja (garaziy/instinctive),
tetapi harus dibiasakan,
g.
karena bahasa adalah kebiasaan maka membiasakan anak-anak untuk
berbahasa dengan beberapa bahasa sekaligus sejak dini lebih gampang dari pada
ketika mereka sudah dewasa dimana kebiasaan berbahasanya sudah mapan dengan
suatu bahasa tertentu dan susah diubah atau diperbaiki,
h.
pengalaman beberapa Negara (seperti Amerika, Prancis, dan Jerman)
dalam mengajarkan bahasa asing untuk anak-anak menunjukkan hasil yang
menggembirakan.[16]
DAFTAR PUSTAKA
Fachrurrozi .Aziz dan Mahyudin Erta.,”Teknik
Pembelajaran Bahasa Arab”,(Jakarta: Lembaga Bahasa Yassarna YBMQ, cet.I,
th. 2011).
skandaswassid dan Sunendar. Dadang,”Strategi
Pembelajaran Bahasa”,(Bandung: PT.Remaja Rosdakarya,Cet.III th.2011)
القاسمي،علي، اتجاهات حديثة في تعليم العربية للناطقين با
للغات الأخرى,رياض : عمادة شؤن المكتبات ۱۹۷۹
[1]Aziz Fachrurrozi dan Erta Mahyudin,”Teknik
Pembelajaran Bahasa Arab”,(Jakarta: Lembaga Bahasa Yassarna YBMQ, cet.I,
th. 2011)., hal. 106
[2]skandaswassid dan Dadang Sunendar,”Strategi
Pembelajaran Bahasa”,(Bandung: PT.Remaja Rosdakarya,Cet.III th.2011).,hal.118
[3]Al-Qasimi,
1979: 60, diambil dari buku Teknik Pembelajaran Bahasa Arab, ditulis
oleh Aziz Fachrurrozi dan Erta Mahyudi.
[4]Zulkifli, 2000:
18, diambil dari buku Teknik Pembelajaran Bahasa Arab, ditulis oleh Aziz
Fachrurrozi dan Erta Mahyudi.
[8] القاسمي،علي، اتجاهات حديثة في تعليم العربية
للناطقين با للغات الأخرى,رياض : عمادة شؤن المكتبات ۱۹۷۹
[9]Al-Qasimi,
1979: 61-17, diambil dari buku Teknik Pembelajaran Bahasa Arab, ditulis
oleh Aziz Fachrurrozi dan Erta Mahyudi.
[13]Dalam Muhaiban,
2008, diambil dari buku Teknik Pembelajaran Bahasa Arab, ditulis oleh
Aziz Fachrurrozi dan Erta Mahyudi.
[14]Suyanto, 2007:
2.10, diambil dari buku Teknik Pembelajaran Bahasa Arab, ditulis oleh
Aziz Fachrurrozi dan Erta Mahyudi.
[15]Al-Qasimi,
1979: 60, diambil dari buku Teknik Pembelajaran Bahasa Arab, ditulis
oleh Aziz Fachrurrozi dan Erta Mahyudi.
[16]Al-Qasimi,
1979: 61-17, diambil dari buku Teknik Pembelajaran Bahasa Arab, ditulis
oleh Aziz Fachrurrozi dan Erta Mahyudi.
untuk DOWNLOAD klick linknya di bawah :
http://www.ziddu.com/download/19428292/jarBahasaUsiayanglayakdalampembelajaranbahasaasing.rtf.html