Sabtu, 19 Mei 2012

Umur yang Layak dalam Pembelajaran Bahasa Asing


Makalah ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok
Pada Mata Kuliah psikologi belajar bahasa
Dosen Pengampu :
Prof. Dr.H.Moch.Matsna HS,M.A
Asisten Dosesn :
Erta Mahyuddin, Lc., S.S., M.Pd.I.





Disusun Oleh :

Nasrullah : 109012000020
Ira Fardiawati : 109012000030
Sri Herawati  : 109012000004





JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2012


UMUR YANG LAYAK DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ASING

A.      Pendahuluan
Setiap anak manusia pada dasarnya mempunyai kemampuan untuk menguasai setiap bahasa, walaupun dalam kadar dan dorongan yang berbeda. Adapun diantara perbedaan-perbedaan tersebut adalah tujuan-tujuan pengajaran yang ingin dicapai, kemampuan dasar yang dimiliki, motivasi yang ada di dalam diri dan minat serta ketekunannya. Karena itu pengajaran bahasa asing, semisal bahasa Arab, harus dijalani sesuai dengan tuntutan pembelajaran anak. Dan untuk dapat berbuat demikian, diperlukan seorang guru yang benar-benar kompeten dalam pembelajaran bahasa Arab untuk anak-anak.[1]
Simpulan dari semua studi, umumnya menyatakan bahwa dalam belajar bahasa anak-anak lebih baik daripada orang dewasa dalam semua hal, terutama berkenaan dengan pencapaian hasil akhir. Anak-anak kelihatan sangat luas dan mudah dalam memperoleh bahasa baru.
Waktu yang tepat untuk memulai belajar bahasa kedua di sekolah umum, sesuai dengan tuntutan psikologi anak adalah umur 6-10 tahun. Untuk belajar bahasa secara alamiah di lingkungan penutur asli dapat terjadi hanya selama priode kritis untuk pemerolehan bahasa, yaitu umur dua tahun dan masa pubertas. Sebelum umur dua tahun, belajar bahasa tidak mungkin dilakukan karena kurangnya kedewasaan otak, sedangkan pada masa pubertas laterisasi fungsi bahasa ke dalam bagian otak yang disebut hamisfer dominan telah selesai. Hal ini mengakibatkan hilangnya kelenturan serebral otak yang diperlukan untuk belajar bahasa. Oleh karena itu setelah masa pubertas bahasa harus diajarkan dan dipelajari melalui usaha sadar dan keras dan dalam situasi yang harus diciptakan.[2]

B.       Kesiapan Anak-Anak Mempelajari Bahasa Arab (Asing)
Pembelajaran bahasa Arab untuk anak-anak yang dimaksud dalam tulisan ini adalah pembelajaran bahasa Arab sebagai bahasa asing, bukan sebagai bahasa ibu. Artinya sebagai bahasa tambahan yang dipelajari oleh seseorang diluar bahasa asli yang menjadi bahasa komunikasinya sehari-hari.[3] Dan yang dimaksud dengan anak-anak adalah mereka yang berusia antara 6 sampai 12 tahun, yaitu sampai mereka mencapai penghujung “Masa Sekolah Bahasa Ibu”. Masa sekolah bahasa ibu adalah istilah yang diperkenalkan oleh Johan Amos Comenisus yang membagi masa-masa perkembangan manusia berdasarkan tingkat sekolah yang diduduki anak itu sesuai dengan tingkat usia dan menurut bahasa yang dipelajarinya di sekolah.[4]
Di antara berbagai faktor mempengaruhi kesiapan siswa mempelajari bahasa asing adalah faktor usia. Terkait dengan faktor usia ini, yang pasti disepakati oleh banyak pihak adalah tingkat kematangan berbahasa anak yang diidentikkan dengan tingkat usia mempunyai pengaruh besar terhadap penguasaan bahasa asing. Lalu apakah anak-anak dianggap telah siap untuk mempelajari bahasa asing? Ada yang beranggapan mereka sudah siap bahkan semakin muda usia semakin mudah anak belajar bahasa asing dibandingkan orang dewasa. Ada pula yang berpendapat, belajar bahasa asing sejak dini bukan jaminan keberhasilan.[5]
Beberapa alasan yang diajukan oleh orang-orang yang menolak pembelajaran bahasa asing untuk anak-anak diantaranya dikatakan dalam bukunya doktor ali muhammad alqosimi banyak ditemukan buku dan artikel yang tidak percaya tentang hal memasukkan bahasa asing ke dalam materi pembelajaran bagi pemula, alasan ini berdasarkan psikologi dan kesiapan anak,orang dewasa lebih mampu mempelajari bahasa asing,  pelajaran bahasa asing menyulitkan anak-anak, mempelajari bahasa asing dapat menghalangi anak-anak menguasai bahasa ibunya dengan baik, dan dualisme bahasa dapat menghalangi pertumbuhan kognisi dan efeksi anak-anak
Dari segi kognitif, orang dewasa cenderung lebih sempurna dalam menguasai kaidah ekplisit, yaitu tatabahasa. Namun dari segi afektif, yaitu sikap dan sifat pribadi yang mendukung proses belajar bahasa kedua, orang tua cenderung kurang dibandingkan anak-anak. Hal ini dilaporkan oleh hasil penelitian Taylor pada tahun 1974 dan Schuman pada tahun 1975. Mereka melaporkan bahwa anak-anak mempunyai kapasitas pribadi yang lebih besar daripada orang dewasa. Anak-anak belum memiliki hambatan-hambatan psikologis tentang identitas diri, yaitu misalnya rasa takut salah dalam menggunakan bahasa kedua. Mereka tidak terhalangi dalam belajar bahasa kedua dengan sikap negative terhadap penutur bahasa itu dan anak-anak pada umumnya mempunyai dorongan yang kuat untuk belajar bahasa. Ini berarti bahwa anak-anak menghadapi tugas belajarnya sebagi tugas yang ringan.[6]
Namun sebaliknya, seperti telah dikemukakan, orang dewasa mempunyai beberapa keuntungan kognitif yang lebih baik daripada anak-anak, terutama bila bahasa kedua dipelajari dalam situasi kelas dengan banyak penekanan pada kaidah bahasa. Orang dewasa mempunyai kapasitas ingatan yang lebih besar, cara berpikir yang lebih dewasa, sehingga hal inipun menjadi pendorong belajar yang kuat. Terutama sekali bila tujuan belajar berbahasa itu bersifat instrumental, yaitu bahasa sebagai alat. Misalnya, belajar bahasa untuk tujuan perjalanan jauh ke luar negeri.[7]
 Sedangkan doctor qousi, seorang spesialis psikologi pendidikan menyatakan bahwa pembelajaran bahasa asing pada usia dini itu lebih baik, dan bahasa asing itu tidak akan berdampak negative bagi pengetahuannya tentang bahasa ibu mereka.[8] Bandingkan dengan alasan-alasan para pendukung pengajaran bahasa asing untuk anak-anak berikut ini, yaitu :
(a)      semakin hari kebutuhan akan penguasaan bahasa asing semakin meningkat, karenanya harus dipersiapkan sejak dini,
(b)      secara sosial banyak masyarakat yang menggunakan dua atau lebih bahasa untuk komunikasi sehari-hari mereka, ada juga beberapa Negara yang memiliki lebih dari satu bahasa resmi,
(c)      dari sudut pandang pendidikan, mengajarkan bahasa asing kepada anak-anak sejak dini berarti membekali mereka dengan wawasan hidup yang mengglobal,
(d)     anak-anak mempunyai kemampuan yang luar biasa untuk belajar banyak bahasa, diantaranya kemampuan mereka untuk meniru bunyi-bunyi bahasa yang tidak dimiliki orang dewasa,
(e)      berdasarkan penelitian terhadap perkembangan saraf-saraf otak manusia menunjukkan bahwa pada masa anak-anak kondisinya fleksibel sehingga gampang untuk diperkenalkan dengan beberapa bahasa,
(f)       perkembangan bahasa manusia bukan lahir begitu saja (garaziy/instinctive), tetapi harus dibiasakan,
(g)      karena bahasa adalah kebiasaan maka membiasakan anak-anak untuk berbahasa dengan beberapa bahasa sekaligus sejak dini lebih gampang dari pada ketika mereka sudah dewasa dimana kebiasaan berbahasanya sudah mapan dengan suatu bahasa tertentu dan susah diubah atau diperbaiki,
(h)      pengalaman beberapa Negara (seperti Amerika, Prancis, dan Jerman) dalam mengajarkan bahasa asing untuk anak-anak menunjukkan hasil yang menggembirakan.[9] 
Ditegaskan lagi bahwa yang dimaksud dengan anak-anak dalam makalah ini adalah mereka yang berada pada usia antara 6 sampai 12 tahun, secara normal mereka adalah sedang belajar di kelas 1 sampai kelas 6 Madrasah Ibtida’iyah/Sekolah Dasar. Usia 6 sampai 12 tahun merupakan masa emas atau paling ideal untuk belajar bahasa selain bahasa ibu. Alasannya, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, otak anak masih elastis dan lentur, sehingga proses penyerapan bahasa lebih mulus. Lagi pula daya penyerapan bahasa pada anak berfungsi secara otomatis.[10]
 Sebaliknya, sebelum anak-anak mencapai usia 6 tahun sebaiknya kita harus mengambil sikap menahan diri. Dan yang lebih penting adalah hendaknya pengajaran bahasa Arab atau bahasa asing lainnya tidak dipaksakan kepada anak-anak dan dengan memperhatikan kebutuhan dan perkembangan mereka. Para orang tua dan guru dianjurkan agar tidak memaksakan anak-anak (murid) mereka yang masih dibawah lima tahun untuk belajar bahasa asing selain bahasa ibunya. Karena, hal itu dapat menganggu perkembangan kecerdasan emosi, intelektual, serta motorik si anak. Kalau dipaksakan bisa terhambat, dan tumbuh hanya dengan perintah. Sebaiknya orang tua jangan memaksakan obsesinya kepada anak-anaknya. Dalam usia balita, anak pun belum membutuhkan kemampuan berbahasa asing. Anak-anak cukup mengetahui adanya bahasa asing, tetapi tidak harus mempelajarinya.[11]
Ditambah lagi bahwa dalam bahasa terkandung makna-makna moral yang perlu diketahui oleh anak. Sehingga, ketika anak belajar bahasa ibu, ia mengetahui nilai moral maupun budaya dibalik kata-kata yang diucapkannya. Adapun bahasa asing memiliki pendekatan budaya yang berbeda dari bahasa ibu. Sehingga, bahasa asing sebaiknya dikenalkan kepada anak sebatas sebeagai pengetahuan saja. Bila anak-anak yang dipaksakan belajar bahasa asing, dikhawatirkan dapat menganggu pertumbuhan kejiwaannya. Apalagi bila tidak ditanamkan nilai-nilai dasar yang memadai. Bahasa itu simbol. Jadi sebelum si anak memahami betul bahasa ibunya maka orangtua jangan memaksakan anak untuk belajar bahasa asing.[12]

C.      Karakteristik Siswa MI/SD Sebagai Pembelajar Pemula Bahasa Arab (Asing)
Pada umumnya karakteristik siswa MI/SD senang belajar sesuatu yang baru, termasuk belajar bahasa dengan cara melakukan sesuatu (learning by doing), misalnya dengan bermain, bernyanyi, dan menggerakkan anggota tubuh.
Pada umumnya anak-anak memiliki sikap egocentric, yaitu ada kecenderungan mereka suka menghubungkan apa yang mereka pelajari dan apa yang mereka lakukan dengan diri mereka sendiri. Mereka akan menyukai segala hal dalam pelajaran bahasa yang ada hubungannya dengan kehidupan mereka dengan dunia sekelilingnya. Misalnya, akan lebih mudah untuk mempelajari materi atau bahan yang menggunakan kata atau frasa, seperti :
 اسمي .......................، عندي.....................، هذا قلمي ....................
            Dalam proses perkembangannya anak akan mengalami perubahan. Perubahan fisik karena mereka tumbuh dan perubahan sifat dan perilakunya. Menginjak usia 10 tahun (kelas 4) mereka mengalami proses perubahan yang tadinya egocentric menuju kehubungan timbale balik, yaitu tidak hanya berpusat pada dirinya, tetapi sudah memperhatikan orang lain yang tadinya berfokus pasa dirinya (أنا ....... عندي ........) sekarang mulai terbuka untuk yang lain, misalnya sudah memperhatikan أنت , yaitu temannya.
            Waktu memperkenalkan bahasa Arab kepada anak-anak, sebaiknya diawali dengan hal-hal yang kongkret lebih dahulu. Kemudian menuju ke hal-hal yang bersifat abstrak. Pada tingkat permulaan sebaiknya tidak hanya mengandalkan kata-kata dan bahasa lisan saja, tetapi perlu dilengkapi dengan contoh nyata. Banyak objek atau benda nyata dan gambar yang bisa digunakan. Benda-benda yang ada disekitar anak-anak, misalnya kursi, meja, papan tulis, pintu, alat-alat tulis merupakan contoh benda kongkret yang dengan mudah dapat diperkenalkan kepada siswa dalam bahasa Arab dan dapat digunakan untuk memperkenalkan secara implisit struktur kalimat bahasa Arab.
            Ketika usia anak sudah bertambah, mereka sudah bisa membedakan antara fakta dan fiksi dan mulai bisa mengerti hal-hal yang abstrak. Beberapa ahli menyatakan bahwa anak adalah pembelajar aktif (active learners). Anak-anak yang pada dasarnya aktif akan menyukai pembelajaran melalui permainan-permainan, cerita maupun lagu. secara tidak langsung mereka akan lebih termotivasi untuk belajar bahasa Arab. Bermain merupakan bagian dari kehidupan mereka sehari-hari. Guru perlu memanfaatkan beberapa teknik tersebut untuk mengembangkan pembelajaran di MI.
Pada usia 10-12 tahun anak-anak sudah dapat bekerja sama dengan temannya. Mereka dapat diberi kegiatan untuk dikerjakan bersama-sama. Walaupun ada anak yang sudah dapat berkonsentrasi lebih lama, variasi kegiatan masih diperlukan. Kerja kelompok dapat berupa membuat daftar, melengkapi kalimat, mengisi teka-teki silang dan masih banyak yang lain.
Kehidupan anak-anak dipenuhi dengan warna. Kegiatan dan tugas-tugas yang disertai gambar-gambar yang cukup besar dan berwarna-warni dapat membuat mereka lebih gembira. Kegiatan mewarnai gambar tentu akan dikerjakan dengan gembira sambil mengenal nama-nama dalam bahasa Arab dan benda yang ada pada gambar tersebut.
Dalam kehidupan sehari-hari, pada umumnya anak-anak suka bernyanyi dan mendengarkan lagu. Kegiatan belajar bahasa dengan melalui lagu disukai oleh hampir semua anak termasuk anak yang pemalu sekalipun. Ketika anak-anak bernyanyi berarti mereka menggunakan bahasa Arab untuk menyampaikan suatu pesan yang cukup bermakna.
Games atau permainan, cerita dan teka-teki sama menariknya bagi pembelajar muda. Melalui cerita, siswa dapat lebih memusatkan perhatian pada konteks secara utuh, bukan kata demi kata. Demikian pula dengan melalui permainan, siswa terdorong untuk lebih aktif dan lebih bebas dan alami menggunakan bahasa Arab dalam situasi yang gembira.
Muhaiban (2008) menjelaskan beberapa karakteristik lain anak-anak seperti berikut ini : (1) memiliki kecenderungan suka bermain dan bersenang-senang, (2) memahami hal-hal di sekitarnya secara holistik (utuh) tidak secara analitik, (3) belajar bahasa melewati suatu masa yang disebut periode bisu (fatroh al-shumti), dimana mereka hanya dapat mendengar, belum dapat berbicara, (4) cenderung belajar bahasa melalui pemerolehan, yaitu suatu pengembangan kemampuan berbahasa secara alamiah, bukan mempelajari bahasa secara formal dengan mengkaji aturan-aturan bahasa; dan (5) pada usia sekolah dasar pada umumnya berada pada taraf berfikir secara kongkret.
Para ahli pembelajaran bahasa untuk anak, di antaranya Scott, Lee, dan Borridge mengemukakan beberapa prinsip pembelajaran yang harus diperhatikan dalam pengajaran bahasa untuk anak-anak, yaitu sebagai berikut.[13] (1) Pembelajaran bahasa berpijak pada dunia anak, yaitu keluarga, rumah, sekolah, mainan dan teman bermain. (2) Pembelajaran bahasa berangkat dari sesuatu yang sudah diketahui dan dekat dengan atau mudah dijangkau oleh siswa ke sesuatu yang belum diketahui atau jauh dari jangkauan mereka. Misalnya, dari lingkungan rumah kelingkungan luar rumah, dilanjutkan ke lingkungan teman sejawat, kemudian ke lingkungan sekolah. (3) Pembelajaran bahasa dikaitkan dengan hal-hal yang menjadi interes (daya tarik) anak. (4) Pokok-pokok pembelajaran yang disajikan berangkat dari pengetahuan yang tidak dimiliki siswa, dengan menggunakan bahasa Arab sederhana. (5) Tugas-tugas dalam pelajaran bahasa diorientasikan kepada aktifitas atau kegiatan gerak. (6) Bahan pembelajaran merupakan kombinasi antara sesuatu yang bersifat fiksi dan non-fiksi/kongkret. (7) Materi pembelajaran diorientasikan kepada pengembangan keterampilan bahasa. (8) Budaya nasional dan asing dikenalkan secara bertahap. (9) Pokok-pokok pembelajaran dan tugas-tugas hendaknya disesuaikan dengan usia pembelajar.
Selain ciri-ciri pembelajar bahasa pemula yang telah dibahas sebelumnya, masih ada beberapa hal yang perlu diperhatikan guru, antara lain berikut ini.
1.      Anak-anak sebenarnya belum menyadari untuk apa mereka belajar bahasa asing walaupun mereka senang dan bersemangat.
2.      Anak belajar bahasa Arab mula-mula dengan cara menyimak, kemudian menirukan. Kadang-kadang mereka seolah-olah tidak mendengarkan, tetapi suatu ketika dapat menirukan dengan benar.
3.      Dunia anak dengan berbagai kegiatannya berbeda dengan dunia orang dewasa. Anak tidak selalu memahami apa yang dikatakan orang dewasa. Demikian pula orang dewasa, tidak selalu mengerti apa yang dikatakan anak. Interaksi social sangat penting manfaatnya.
4.      Anak selalu ingin tahu. Oleh karena itu, anak-anak suka bertanya.[14]

D.      Kesimpulan
Pembelajaran bahasa Arab untuk anak-anak yang dimaksud dalam tulisan ini adalah pembelajaran bahasa Arab sebagai bahasa asing, bukan sebagai bahasa ibu. Artinya sebagai bahasa tambahan yang dipelajari oleh seseorang diluar bahasa asli yang menjadi bahasa komunikasinya sehari-hari.[15] Dan yang dimaksud dengan anak-anak adalah mereka yang berusia antara 6 sampai 12 tahun.
Alasan yang diajukan oleh orang-orang yang menolak pembelajaran bahasa asing untuk anak-anak diantaranya dikatakan dalam bukunya doktor ali muhammad alqosimi banyak ditemukan buku dan artikel yang tidak percaya tentang hal memasukkan bahasa asing ke dalam materi pembelajaran bagi pemula. alasan ini berdasarkan psikologi dan kesiapan anak,orang dewasa lebih mampu mempelajari bahasa asing,  pelajaran bahasa asing menyulitkan anak-anak, mempelajari bahasa asing dapat menghalangi anak-anak menguasai bahasa ibunya dengan baik, dan dualisme bahasa dapat menghalangi pertumbuhan kognisi dan efeksi anak-anak.
Alasan para pendukung pengajaran bahasa asing untuk anak-anak berikut ini, yaitu:
a.    semakin hari kebutuhan akan penguasaan bahasa asing semakin meningkat
b.    secara sosial banyak masyarakat yang menggunakan dua atau lebih bahasa untuk komunikasi sehari-hari mereka
c.    dari sudut pandang pendidikan, mengajarkan bahasa asing kepada anak-anak sejak dini berarti membekali mereka dengan wawasan hidup yang mengglobal,
d.   anak-anak mempunyai kemampuan yang luar biasa untuk belajar banyak bahasa, diantaranya kemampuan mereka untuk meniru bunyi-bunyi bahasa yang tidak dimiliki orang dewasa,
e.    berdasarkan penelitian terhadap perkembangan saraf-saraf otak manusia menunjukkan bahwa pada masa anak-anak kondisinya fleksibel sehingga gampang untuk diperkenalkan dengan beberapa bahasa,
f.     perkembangan bahasa manusia bukan lahir begitu saja (garaziy/instinctive), tetapi harus dibiasakan,
g.    karena bahasa adalah kebiasaan maka membiasakan anak-anak untuk berbahasa dengan beberapa bahasa sekaligus sejak dini lebih gampang dari pada ketika mereka sudah dewasa dimana kebiasaan berbahasanya sudah mapan dengan suatu bahasa tertentu dan susah diubah atau diperbaiki,
h.    pengalaman beberapa Negara (seperti Amerika, Prancis, dan Jerman) dalam mengajarkan bahasa asing untuk anak-anak menunjukkan hasil yang menggembirakan.[16]

DAFTAR PUSTAKA

Fachrurrozi .Aziz dan Mahyudin Erta.,”Teknik Pembelajaran Bahasa Arab”,(Jakarta: Lembaga Bahasa Yassarna YBMQ, cet.I, th. 2011).
skandaswassid dan Sunendar. Dadang,”Strategi Pembelajaran Bahasa”,(Bandung: PT.Remaja Rosdakarya,Cet.III th.2011)
القاسمي،علي، اتجاهات حديثة في تعليم العربية للناطقين با للغات الأخرى,رياض : عمادة شؤن المكتبات ۱۹۷۹


[1]Aziz Fachrurrozi dan Erta Mahyudin,”Teknik Pembelajaran Bahasa Arab”,(Jakarta: Lembaga Bahasa Yassarna YBMQ, cet.I, th. 2011)., hal. 106
[2]skandaswassid dan Dadang Sunendar,”Strategi Pembelajaran Bahasa”,(Bandung: PT.Remaja Rosdakarya,Cet.III th.2011).,hal.118
[3]Al-Qasimi, 1979: 60, diambil dari buku Teknik Pembelajaran Bahasa Arab, ditulis oleh Aziz Fachrurrozi dan Erta Mahyudi.
[4]Zulkifli, 2000: 18, diambil dari buku Teknik Pembelajaran Bahasa Arab, ditulis oleh Aziz Fachrurrozi dan Erta Mahyudi.
[5]Ibid., hal. 169
[6]Ibid.,hal. 118-119
[7]Ibid.,hal. 119
[8]  القاسمي،علي، اتجاهات حديثة في تعليم العربية للناطقين با للغات الأخرى,رياض : عمادة شؤن المكتبات ۱۹۷۹
[9]Al-Qasimi, 1979: 61-17, diambil dari buku Teknik Pembelajaran Bahasa Arab, ditulis oleh Aziz Fachrurrozi dan Erta Mahyudi.
[10]Ibid., hal. 170
[11]Ibid., hal. 170 - 171
[12]Ibid., hal. 171
[13]Dalam Muhaiban, 2008, diambil dari buku Teknik Pembelajaran Bahasa Arab, ditulis oleh Aziz Fachrurrozi dan Erta Mahyudi.
[14]Suyanto, 2007: 2.10, diambil dari buku Teknik Pembelajaran Bahasa Arab, ditulis oleh Aziz Fachrurrozi dan Erta Mahyudi.
[15]Al-Qasimi, 1979: 60, diambil dari buku Teknik Pembelajaran Bahasa Arab, ditulis oleh Aziz Fachrurrozi dan Erta Mahyudi.
[16]Al-Qasimi, 1979: 61-17, diambil dari buku Teknik Pembelajaran Bahasa Arab, ditulis oleh Aziz Fachrurrozi dan Erta Mahyudi.


untuk DOWNLOAD klick linknya di bawah :
http://www.ziddu.com/download/19428292/jarBahasaUsiayanglayakdalampembelajaranbahasaasing.rtf.html

Jumat, 18 Mei 2012

Aplikasi Analisis Kontrastif dalam Pembelajaran Bahasa Arab


Oleh                : Kelompok 8 (Pendidikan Bahasa Arab/FITK/UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
Nama / NIM   : Munirotul Khudsiyah         (109012000028)
Nasrulloh                             (109012000020)
Yasir Amri                           (109012000021)

BAB I
PENDAHULUAN

            Diantara faktor yang menjadi kurang berhasilnya pengajaran bahasa asing adalah adanya interferensi bahasa ibu terhadap bahasa asing yang sedang dipelajari.
Kebiasaan berbahasa ibu sebagai bahasa pertama dapat mempengaruhi proses belajar mengajar bahasa asing sebagai bahasa kedua. Pengetahuan bahasa pertama yang telah dimiliki oleh seseorang yang sedang mempelajari bahasa asing akan ditransfer kepada bahasa yang sedang dipelajarinya. Semua gejala bahasa yang mirip, baik dalam bentuk, arti maupun distribusinya diduga akan mempercepat proses belajar, sedangkan gejala bahasa yang berbeda diduga akan dapat menghambat proses belajar bahasa asing. Lado mengemukakan bahwa pola-pola yang mirip diasumsikan mudah untuk dipelajari dari pada pola-pola yang berbeda.
Untuk menemukan dan menggambarkan problem yang dihadapi oleh para pembelajar bahasa asing dapat diadakan perbandingan di antara kedua bahasa itu, sehingga akhirnya dapat membuat suatu diagnosis (ramalan) terhadap kemungkinan kesukaran para pembelajar secara tepat kemudian dapat menerka dan menggambarkan pola-pola yang akan menyebabkan kesukaran.
Analisis kontrastif, berupa prosedur kerja, adalah aktivitas atau kegiatan yang mencoba membandingkan struktur bahasa ibu dengan struktur bahasa asing yang dipelajari, untuk mengidentifikasi perbedaan-perbedaan di antara kedua bahasa itu. Perbedaan-perbedaan itu digunakan sebagai landasan dalam meramalkan atau memprediksi kesulitan-kesulitan belajar bahasa asing tersebut.[1]



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Latar Belakang Munculnya Analisis Kontrastif/Tinjauan Historis
Analisis kontrastif muncul sebagai jawaban terhadap tuntutan perbaikan pengajaran bahasa kedua atau bahasa asing. Analisis kontrastif mendominasi dunia pengajaran bahasa kedua dan pengajaran bahasa asing sejak akhir Perang Dunia ke II sampai pertengahan tahun 1960-an. Analisis kontrastif dikembangkan dan dipraktekkan tahun 1950-an dan 1996-an, sebagai suatu aplikasi linguistik struktural pada pengajaran bahasa.[2] Tokoh utama yang menjadi pelopor Analisis Kontrastif adalah Robert Lado, lewat buku Linguistik Across Cultures! Linguistik di Berbagai Budaya, Anakon  diperkenalkan dan diterapkan.[3]

B.     Pengertian Analisis Kontrastif
Analisis Kontrastif pada mulanya berasal dari konsep Linguisik Kontrastif, yakni sebuah cabang dari Linguistik Terapan.  Analisis kontrastif (sering dikenal dengan sebutan Anakon)  merupakan salah satu cara kerja untuk mencari persamaan dan perbedaan yang terdapat dalam dua bahasa atau lebih (Carl James, 1980 dan Kridalaksana, 2008). Anakon telah dikenal orang pada pertengahan abad 20. Anakon pada hakikatnya merupakan salah satu cara mengajarkan bahasa asing secara efisien dan efektif.[4]
Analisis kontrastif adalah suatu kajian terhadap unsur-unsur kebahasaan. Pada Analisis kontrastif terdapat komparasi perbandingan sistem-sistem linguistik dua bahasa, misalnya sistem bunyi maupun sistem gramatikal.[5] Hal ini diperjelas oleh Ahmad bin Abdullah al-Basyir yang menyatakan bahwa ;
التقابلي هو اجراء عملي للمقارنة بين أنظمة لغتين أو أكثر لحصر أوجه التشابه وأوجه الاختلاف بينهما. ويعتمد ذلك على تحليل لكل من النظامين موضع المقارنة يقوم على أساس من المنهج الوصفي لا التاريخي.
Sedangkan, Fisiak mengemukakan pengertian analisis kontrastif adalah suatu cabang ilmu linguistik yang mengkaji perbandingan dua bahasa atau lebih atau sub sistem bahasa-bahasa. Tujuannya untuk menemukan perbedaan-perbedaan dan persamaan-persamaan kedua bahasa tersebut.[6]
Menurut Lado (1975), analisis kontrastif adalah cara untuk mendeskripsikan kesulitan atau kemudahan pembelajar bahasa dalam belajar bahasa kedua dan bahasa asing. Analisis kontrastif bukan saja untuk membandingkan unsur-unsur kebahasaan dan sistem kebahasaan dalam bahasa pertama (B1) dengan bahasa kedua (B2), tetapi sekaligus untuk membandingkan dan mendeskripsikan latar belakang budaya dari kedua bahasa tersebut sehingga hasilnya dapat digunakan pengajaran bahasa kedua atau bahasa asing.[7]

C.    Asumsi Dasar Anakon
Untuk menjawab usaha memperbesar keberhasilan pengajaran dan pembelajaran bahasa asing atau bahasa kedua (B2), para penganut anakon mempunyai beberapa asumsi dasar ;[8]
1)      Anakon dapat dipergunakan untuk meramal kesalahan siswa mempelajari bahasa asing atau bahasa kedua. Butir-butir perbedaan dalam tiap tataran bahasa pertama dan bahasa kedua akan memberikan kesulitan kepada para siswa dalam mempelajari bahasa kedua itu. Sebaliknya butir-butir yang sama akan mempermudah siswa mempelajari bahasa kedua.
2)      Anakon dapat memberikan satu sumbangan yang menyeluruh dan konsisten dan sebagai alat pegendali penyusunan materi pengajaran dan pelajaran bahasa kedua secara efisien. Dengan perbandingan perbedaan pada setiap tataran analisis bahasa, bahan dapat disusun sesuai dengan tingkat kesulitan masing-masing tataran.
3)      Anakon pun dapat memberikan sumbangan untuk mengurangkan proses interferensi dari bahasa pertama/bahasa ibu ke dalam bahasa kedua atau asing.
Berdasarkan asumsi di atas, disusunlah buku-buku pelajaran bahasa asing, khususnya bahasa Arab ke bahasa lain dengan harapan proses berbahasa kedua tidak terlalu dipengaruhi oleh bahasa pertama. Para guru pun didik untuk memahami anakon guna usaha perbaikan kesalahan bahasa.


D.    Tujuan Analisis Kontrastif
Tujuan analisis kontrastif dihubungkan dengan proses belajar–mengajar bahasa kedua, antara lain seperti dijelaskan oleh Tarigan (1997) sebagai berikut:[9]
1.      Untuk penyusunan materi (bahan) pengajaran bahasa kedua, yang dirumuskan berdasarkan butir-butir yang berbeda antara kaidah (struktur) bahasa pertama (B1) dan kaidah bahasa kedua (B2) yang akan dipelajari oleh siswa;
2.      Untuk penyusunan pengajaran bahasa kedua yang berlandas tumpukan pada pandangan linguistik strukturalis dan psikologi behavioris;
3.      Untuk penyusunan kelas pembelajaran bahasa terpadu antara bahasa pertama (B1) siswa dengan bahasa kedua (B2) yang harus dipelajari oleh siswa;
4.      Untuk penyusunan prosedur pembelajaran atau penyajian bahan pengajaran bahasa kedua. Adapun langkah-langkahnya adalah:
a.         Menunjukkan persamaan dan perbedaan antara B1 siswa dengan B2 yang akan dipelajari oleh siswa;
b.         Menunjukkan butir-butir dalam B1 siswa yang berpeluang mengakibatkan kesulitan belajar dan kesalahan berbahasa B2 siswa;
c.         Mengajukan solusi (cara-cara) mengatasi intervensi terhadap B2 yang akan dipelajari oleh siswa;
d.        Menyajikan sejumlah latihan pada butir-butir yang memiliki perbedaan antara B1 dengan B2 yang akan dipelajari oleh siswa.

E.     Karakteristik Analisis Kontrastif
Para pakar linguistic menyatakan bahwa “Analisis Kontrastif mempunyai dua aspek, yakni aspek linguistic dan aspek psikologis”.(Ellis, 1982). Aspek linguistic analisis kontrastif berkaitan dengan pemberian bahasa dalam rangka memperbandingkan dua bahasa.[10] Dalam hal ini tersirat dua hal penting, yaitu apa yang akan diperbandingkan, dan bagaimana cara membandingkannya. Sedangkan, aspek psikologi analisis kontrastif menyangkut dengan kesukaran belajar, cara menyusun bahan pengajaran, dan cara penyampaian bahan pengajaran.[11]


F.     Implikasi Analisis Kontrastif dalam Pengajaran Bahasa Asing (B2)
Implikasi Anakon dalam kelas pengajaran B2 terlihat pada segi-segi :[12]
1.      Penyusunan materi pengajaran yang didasarkan kepada butir-butir yang berbeda antara B1 siswa dan B2 yang edang dipelajari
2.      Penyusunan tata bahasa pedagogis yang didasarkan pada teori linguistic yang digunakan.
3.      Penataan kelas secara terpadu, yang B1 digunakan sebagai pembantu dalam pengajaran B2.
4.      Penyajian materi pengajaran secara langsung:
a.       Menunjukkan persamaan dan perbedaan B1 dan B2;
b.      Menunjukkan butir-butir B1 yang mungkin mendatangkan kesalahan dalam B2;
c.       Menganjurkan cara-cara mengatasi interferensi;
d.      Memberikan latihan intensif pada butir-butir yang berbeda.

G.    Kelebihan dan Kekurangan Analisis Kontrastif
a.      Kelebihan Analisis Kontrastif
Melalui perbandingan antara dua bahasa banyak hal yang dapat diungkapkan. Beberapa di antara kemungkinan itu adalah :[13]
1.  Tiada perbedaan                         : struktur atau sistem aspek tertentu dalam kedua bahasa tidak ada perbedaan sama sekali (konsonan /l,m,n/ diucapkan sama dalam bahasa Indonesia dan bahasa Arab).
2.  Fenomena konvergen                 : dua butir atau lebih dalam B1 menjadi satu dalam B2 (bahasa Indonesia padi, beras, nasi menjadi ruzz dalam bahasa Arab)
3.  Ketidakadaan                             : butir atau sistem tertentu dalam B1 tidak terdapat dalam B2. Misalnya, sistem penjamakan dengan penanda wau dan nun untuk jamak mudzakkar salim,alif dan ta untuk jamak muannats salim dalam bahasa Arab tidak ada dalam bahasa Indonesia; sebaliknya sistem penjamakan dengan pengulangan kata dalam bahasa Indonesia (rumah-rumah, daun-daun, ikanikan) tidak ada dalam bahasa Arab.
4.  Beda distribusi                           : butir tertentu dalam B1 berbeda distribusi dengan butir yang sama dalam B2. Misalnya fonem (n) dalam bahasa Indonesia menduduki posisi awal, tengah dan akhir kata, sedangkan dalam bahasa Inggris hanya menduduki posisi tengah dan akhir kata.
5.  Tiada persamaan                        : butir tertentu dalam B1 tidak memiliki kesamaan dalam B2. Misalnya, predikat kata sifat dalam bahasa Indonesia tidak terdapat dalam bahasa Inggris; misalnya: Dia kaya (Indonesia) menjadi ‘He is rich’. (Inggris).
6.  Fenomena divergen                    : satu butir tertentu dalam B1 menjadi dua butir dalam B2. Misalnya, kata _ _ (Arab) dapat menjadi kita atau kami dalam bahasa Indonesia.
Baraja mengemukakan bahwa sumbangan analisis kontrastif bagi pengajaran bahasa sekurang-kurangnya meliputi dua hal, yaitu sumbangan kepada penulisan buku teks dan sumbangan kepada guru kelas. Data yang diperoleh sebagai hasil analisis kontrastif sangat membantu penulis buku teks. Penulis buku teks akan beruntung mendapat masukan dan data mengambil keputusan tentang hal-hal yang perlu diberikan, urutan yang akan digunakan, dan latihan berbahasa yang perlu ditekankan. Dengan masukan seperti itu, penulis buku teks akan lebih mudah dalam menyesuaikan isi bukunya dengan tuntutan sekolah dan si terdidik.
Selanjutnya, bagi guru kelas, pemahaman terhadap analisis kontrastif akan membantu pekerjaannya sebagai guru bahasa. Dengan analisis kontrastif, guru dapat menolong siswa agar tidak membuat kesalahan terus-menerus. Guru dapat meramalkan kesalahan yang akan dibuat siswa dan kalau guru menemukan kesalahan, ia dapat menentukan apakah itu bersumber dari pengaruh bahasa ibu ataukah pengaruh lain.[14]

b.      Kekurangan Analisis Kontrastif
Di antara kritikan yang dialamatkan kepada analisis kontrastif adalah :
-          aspek linguistik terlalu bersifat teoretis.
-          teori linguistik struktural kurang memuaskan.
-          aspek bahasa yang diperbandingkan belum menyeluruh (baru tertuju pada fonologi, semantik dianaktirikan).
-          perbedaan tidak selalu menimbulkan kesukaran, kesukaran tidak identik dengan perbedaan).
-          kesukaran dan kesalahan berbahasa tidak selalu dapat diprediksi atau diramalkan.
-          interferensi bukan merupakan penyebab utama kesalahan berbahasa.
-          bahan pengajaran tidak utuh dan menyeluruh, hanya bersifat pragmen saja.
-          kurang memperhatikan faktor-faktor non-struktural.[15]

H.    Metodologi Analisis Kontrastif Antarbahasa[16]
            Prasyarat pertama analisis kontrastif ialah satu analisis secara deskriptif yang baik dan mendalam tentang bahasa-bahasa yang hendak dikontraskan. Juga dalam hal ini teori analisis dua atau lebih bahasa yang hendak dibandingkan atau dikontraskan itu harus ditentukan pula.
            Pengontrasan dua bahasa tidak mungkin dilakukakan secara menyeluruh. Oleh karena itu, perlu seleksi. Para linguis menerima bahwa bahasa merupakan satu system dari system. Bahasa yang merupakan satu system itu mempunyai beberapa subsistem. Setiap subsistem mempunyai pula beberapa kategori. Salah satu metode ialah memilih dan menentukan unsur dari subsistem dan kategori tertentu untuk dibandingkan. Misalnya, bandingan tentang kategori kelas kata penunjuk, bandingan tentang bentuk-bentuk verbum atau frase verbum, bandingan tentang beberapa unsus fonologi, khususnya fonetik. Mungkin harus dilakukan bandingan butir demi butir yang menonjol dan perlu untuk dikontraskan.
            Kriteria yang kedua dari analisis kontrastif ialah sifat penjelas dan bukan komponen bahasa yang dikontraskan itu berdasarkan pengalaman bahwa komponen atau unsur itu memberikan dan menimbulkan kesulitan bagi siswa pelajar bahasa B2. Dengan sendirinya, analisis kontrastif membatasi diri hanya pada bagian-bagian tertentu mengenai bahasa-bahasa yang hendak dibandingkan.
            Kemudian bagaimana membandingkan dan mengkontraskan, ada tiga cara yang mungkin ditempuh :[17]
1)        Kesamaan struktur
2)        Kesamaan terjemahan, dan
3)        Kesamaan struktur dan kesamaan terjemahan.

I.       Langkah-Langkah Analisis Kontrastif
Dalam upaya mengaplikasikan analisis kontrastif, kita memerlukan langkah-langkahnya, berikut diantara langkah-langkah analisis kontrastif ;[18]
-          Langkah pertama, yaitu mendeskripsikan bahasa ibu secara lengkap.
-          Langkah kedua, mendeskripsikan bahasa target. yang akan dipelajari siswa, terutama yang menyangkut segi linguistik.
-          Langkah ketiga, memprediksi atau memperkirakan kesulitan belajar dan kesalahan berbahasa target berupa identifikasi perbedaan bahasa ibu dan bahasa target.
-          Langkah keempat, membuat klasifikasi perbedaan antara bahasa ibu dan bahasa target.
-          Langkah kelima, berkaitan dengan cara menyusun atau mengurutkan bahan pengajaran. Identifikasi perbedaan antara dua bahasa dipakai sebagai dasar memperkirakan kesulitan belajar dan kesalahan berbahasa. Itulah yang dipakai sebagai dasar untuk menentukan urutan atau susunan bahan pengajaran bahasa target.
-          Langkah keenam yang berhubungan erat dengan cara menyampaikan bahan. Siswa yang belajar bahasa target sudah mempunyai kebiasaan tertentu dalam bahasa ibunya. Kebiasaan itu harus diatasi agar tidak lagi menginterferensi bahasa target. Pembentukan kebiasaan dalam bahasa target dilakukan dengan penyampaian bahan pelajaran yang telah disusun berdasarkan langkah pertama, kedua, ketiga, keempat dan kelima dengan cara-cara tertentu, yakni peniruan, pengulangan, latihan runtun, dan penguatan. Dengan cara ini diharapkan para mahasiswa mempunyai kebiasaan berbahasa target yang kokoh dan dapat mengatasi kebiasaan dalam berbahasa ibu.


J.      Komponen dan Aplikasi Analisis Kontrastif dalam Pembelajaran Bahasa Arab
Komponen bahasa dan aplikasinya dalam analisis kontrastif diantaranya yaitu :
a.      Analisis kontrastif fonologi
1.      Deskripsi Vokal dan Konsonan Bahasa Arab
a)      Vokal Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia

Vokal Bahasa Arab

Depan
Tengah
Belakang
Striktur
Tak Bulat
Tak Bulat
Bulat
Netral
Tinggi
u, i:

U, u:

Tertutup
Semi Tertutup

Semi Terbuka
Terbuka
Madya



Rendah




Bagian ini menjelaskan tentang keadaan vokal bahasa Arab pada saat diucapkan, yakni dilihat dari segi tinggi-rendahnya lidah, bagian lidah yang berperan (bergerak), strikturnya dan bentuk bibir. Dari bagan ini, vokal bahasa Arab dapat dipaparkan sebagai berikut:
/ i /       tinggi depan tertutup tak bulat
/ i: /      tinggi depan tertutup tak bulat
/ u /      tinggi belakang tertutup bulat
/ u: /     tinggi belakang tertutup bulat
/ ᵭ /      madya tengah semi terbuka tak bulat
/ ᴂ /     rendah depan terbuka tak bulat

Vokal Bahasa Indonesia

Depan
Tengah
Belakang
Striktur
Tak Bulat
Tak Bulat
Bulat
Netral
Tinggi
I

u:


Madya
E
o


Rendah
A
A




Dari bagian ini dapat dijelaskan, bahwa vokal bahasa Indonesia adalah sebagai berikut :
/ i /       tinggi depan tertutup tak bulat
/ u /      tinggi belakang tertutup  bulat
/ u: /     tinggi depan semi tertutup tak bulat
/ ᵭ /      Madya tengah semi terbuka tak bulat
/ o /      Madya belakang semi tertutup bulat
/ a /      Rendah Tengah terbuka tak bulat
                          Depan

(untuk  /  a / menurut buku “Tata Buku Bahasa Indonesia”,  Departemen Pendidikan dan Kebudayaan , Balai Pustaka, 1988, adalah vokal tengah; sedangkan menurut Soebarsi,S, 1973, dalam “ Learn Bahasa Indonesia Book 1, kanisius-Bhratara,adalah vokal depan).

Disamping enam vokal tunggal tersebut, di dalam bahasa Indonesia terdapat vokal rangkap atau diftong, yaitu :

/ ay /    / cukay /           cukai
/aw /    / harimaw /      harimau
/ ow /   / amboy /         amboi.

Tiga diftong ini apabila dimasukkaan ke dalam system klasifikasi vokal diatas, maka dapat dibedakan menjadi:
1.      Diftong naik-menutup-maju (ai) : cukai, pandai, tupai.
2.      Diftong naik-menutup-maju (oi) : amboi, sepoi-sepoi.
3.      Diftong naik-menutup-mundur (au) : saudara, lampau, saudara,
lampau, saudagar
                               Dalam bahasa Indonesia hanya ada diftong naik saja, sedangkan diftong turu tidak ada.
b.      Konsosnan Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia
Mengenai konsonan bahasa Arab dan bahasa Indonesia ini, secara rinci telah diuraikan dan menjadi contoh di dalam pembahasan mengenai klasifikasi konsonan dari segi (a) cara hambat, (b) bergetar tidaknya pita suara, (c) tarkhim, dan (d) tempat hambatan (makhraj). Untuk menghindari pembahasan yang bertele-tele, maka pembahasan konsonan disini langsung akan meringkaskan pembahasan yang lalu itu, secara lebih sederhana dalam bentuk bagan berikut.


Konsonan Bahasa Arab
Tempat Artikulasi/Makhraj
Cara pengucapan/Artikulasi
Letup
Geseran
Tengah-tengah
B
T
B
T
Pd.B
Lt.
B
Tr.
B
Ns
B
Sv.
B

kh
rq
kh
rq
kh
rq
kh
rq
Bilabials

ب











Labio dentals







ف





Inter dentals




و
و

ث





Apiko alveolars





ز
ص
س


ر


Apiko-dental alveolars
ض
د
ط
ت









Fronto palatals







ش
ج




Medio palatals












ي
Dorso velars



ك
غ

خ






Dorso uvular


ق










Root paryngeal





ع

ح





Glottal

ء





ھ






Keterangan :
B = bersuaara                                                        Lt.B = lateral bersuara
T = tidak bersuara                                                 Tr.B = trills bersuara
Kh = mufakhkham                                                N.B = nasal bersuara
Rq = muraqqaq                                                     Sv.B = semi-vokal bersuara
Pd.B = paduan bersuara


Konsonan Bahasa Indonesia
Tempat artikulasi/ makharij
Cara pengucapan / artikulasi
Letup
Geseran

Tengah-tengah

B
T
B
T
Pd.
B
Lt.
B
Tr.
B
Ns.
B
Sv.
B
kh
rq
kh
rq
kh
rq
kh
rq
Bilabials

b
p








m
w
Labio dentals





v

f





Inter dentals













Apiko alveolars





z

s


R


Apiko-dental alveolars
d

t






I

n

Fronto palatals







sy



ny

Medio palatals












y
Dorso velars

g

k



kh





Dorso uvular













Root paryngeal













Glottal


?




h






Keterangan :
B = bersuaara                                                        Lt.B = lateral bersuara
T = tidak bersuara                                                 Tr.B = trills bersuara 
Kh = mufakhkham                                                N.B = nasal bersuara
Rq = muraqqaq                                                     Sv.B = semi-vokal bersuara
Pd.B = paduan bersuara

2.      Seleksi persamaan dan perbedaan anatara vokal dan konsonan Bahasa Arab dengan Bahasa Indonesia
a.       Vokal
Untuk memudahkan seleksi, terlebih dahulu vokal Bahasa Arab ddan Bahasa Indonesia dikemukakan dalam suatu bagan secara bersama-sama, sebagai berikut :

Vokal Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia

Depan
Tengah
Belakang
Striktur
Tak bulat
Tak bulat
Bulat
Netral
Tinggi
i,i.i:

u,u,u:

Tertutup
Semi tertutup
Semi terbuka
Terbuka
Madya
E
Ә 
O

Rendah 
ᴂ a




             Dari bagan ini dapat dijelaskan, perbandingan diantara vokal Bahasa Arab dengan Bahasa Indonesia yaitu :
/  i  / tinggi depan tertutup tak bulat
/  i: / tinggi depan tertutup tak bulat
/  i  / tinggi depan tertutup tak bulat
/  u  / tinggi belakang tertutup bulat
/  u: / tinggi belakang tertutup bulat
/  u  / tinggi belakang tertutup bulat
/  æ  / tinggi depan terbuka tak bulat
/  e  / tinggi depan semi tertutup tak bulat
/  a  / rendah depan terbuka tak bulat
/  a  / rendah tengah terbuka tak bulat
/   ᵭ  / Madya tengah semi terbuka tak bulat
/ ә    / Madya tengah semi terbuka tak bulat
/  e / Madya depan semi tertutup tak bulat
/  o  / Madya belakang semi tertutup bulat
Bahwa didalam Bahasa Arab tidak terdapat vokal rangkap atau diftong, sedangkan didalam Bahasa Indonesia terdapat.

b.      Konsosnan
c.       Sepert halnya dalam penjelasan vokal, maka terlebih dahulu dikemukakan bagan konsosnan Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia secara bersama-sama, sebagai berikut :

Konsonan Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia
Tempat Artikulasi / Makharij
Cara pengucapan / Artikulasi
Letup
geseran
Tengah-tengah
B
T
B
T
Pd.
B
Lt.
B
Tr.
B
Ns.
B
Sv.
B

kh
rq
kh
rq
kh
rq
kh
rq
Bilabials

b
ب

p







m
م
w
و
Labio dentals





v

f
ف





Inter dentals




ظ
ذ

ث





Apiko alveolars





z
ز
ص
s
س


r
ر


Apiko-dental alveolars
ض
d
د
ط
t
ت





L
ل

n
ن

Fronto palatals

j

c



sy
ش
ج


Ny

Medio palatals












y
ي
Dorso velars

g

k
ك
غ

خ
kh



Ng

Dorso uvular

ء
ق










Root paryngeal





ع

ح





Glottal














Keterangan :
B   = Bersuara                                                       Lt. B  = Lateral Bersuara
T   = Tidak Bersuara                                             Tr. B  = Trilis bersuara
Kh  = Mufakham                                                  N.B    = Nasal bersuara
Rq = muraqqaq                                                     Sv.B = semi-vokal bersuara
Pd.B = paduan bersuara

             Dari bagan tersebut dapat diambil uraian mengenai persamaan dan perbedaan antara konsonan bahasa Arab dan bahasa Indonesia. Untuk memudahkan penguraian dan penganalisaan yang tepat, maka dipakai prinsip pembedaan dari segi tempat artikulasi makhraj sebagai pertama, kemudian dilanjutkan pada cara pengucapan dan berbagai rinciannya. Makhraj merupakan pembeda yang prinsip, karena apabila dua konsonan dalam keseluruhan sifatnya memiliki persamaan sedangkann makhrajnya berbeda atau berjauhan, maka tidak berarti dua konsonan itu sangat bermiripan, misalnya / z / dengan  /ع /. Tetapi sebaliknya, apabila dua konsonan itu memiliki makhraj yang sama atau berdekatan sekali, maka kemiripan itu dapat terjadi, misalnya / t /, / ط / dan / د /, / s /, / ص /, dan / z / atau / س /, / ث /, dan / z /, / ذ /. Oleh karena itu uaraian ini akan dimulai dari bilabials dan berakhir pada glottal, sebagai berikut :
Billabials :
ب /  Bilabial letup bersuara muraqqaq
/  b  /  Bilabial letup bersuara muraqqaq
/  p  /  Bilabial letup tak bersuara muraqqaq
/ م   /   Bilabial letup tengah-tengah nasal bersuara
/  m /  Bilabial letup tengah-tengah nasal bersuara
/ و  /   Bilabial letup tengah-tengah semi-vokal bersuara
/ w  /  Bilabial letup tengah-tengah semi-vokal bersuara
Labio dentals :
/  v /  Labio dentals geseran bersuara muraqqaq
/ ف /  Labio dentals geseran tak bersuara muraqqaq
/  f  /  Labio dentals geseran tak bersuara muraqqaq
Inter dentals :
/ ظ /  Inter dentals geseran bersuara mufakhkham
/ ذ  /  Inter dentals geseran bersuara muraqqaq
/ ث / Inter dentals geseran tak bersaura muraqqaq
Apio alveolars
/ ز / Apio alveolars geseran bersuara muraqqaq
/  z / Apio alveolars geseran bersuara muraqqaq
/ ص / Apio alveolars geseran tak bersuara mufakhkham
/ س / Apio alveolars geseran tak bersuara muraqqaq
/  s  / Apio alveolars geseran tak bersuara muraqqaq
/ ر / Apio alveolars tengah-tengah  trill bersuara
/  r  / Apio alveolars tengah-tengah  trill bersuara  
                   Apiko dental-alveolars
                   / ض / Apiko dental-alveolars letup bersuara mufakhkham
                   / د  /  Apiko dental-alveolars letup bersuara muraqaq
                   /  d  / Apiko dental-alveolars letup bersuara muraqaq
                   / ط  / Apiko dental-alveolars letup tak bersuara mufakhkham
                   / ت  / Apiko dental-alveolars letup tak bersuara muraqqaq
                   /  t  / Apiko dental-alveolars letup tak bersuara muraqqaq
                   / ل / Apiko dental-alveolars tengah-tengah lateral bersuara.
                   / l  / Apiko dental-alveolars tengah-tengah lateral bersuara
                   / ن  / Apiko dental-alveolars tengah-tengah nasal bersuara
                   /  n  / Apiko dental-alveolars tengah-tengah nasal bersuara
                   Fronto-palatals
                   /  j  / Fronto-palatals letup bersuara muraqqaq
                   /  c  / Fronto-palatals letup tak bersuara muraqqaq
                   / ش / Fronto-palatals letup tak bersuara muraqqaq
                   / sy / Fronto-palatals geseran tak bersuara
                   / ج /  Fronto-palatals tengah-tengah padu bersuara
                   / ny / Fronto-palatals tengah-tengah nasal bersuara
                   Medio palatals
                   / ي /  Medio palatals tengah-tengah semi-vokal bersuara
                   /  y  / Medio palatals tengah-tengah semi-vokal bersuara
                   Dorso-velars
                   / غ / Dorso-velars geseran bersuara mufakhkham
                   /  g  / Dorso-velars geseran bersuara muraqqaq
                   / ج / Dorso-velars geseran tak bersuara mufakhkham
                   / kh / Dorso-velars geseran tak bersuara muraqqaq
                   / ك / Dorso-velars letup tak bersuara muraqqaq
                   /  k  / Dorso-velars letup tak bersuara muraqqaq
                   / ng / Dorso-velars t5engah-tengah bersuara
                   Dorso-uvulars
                   / ق / Dorso-uvulars letup tak bersuara mufakhkham
                   Root-phryngeals
                   / ع / Root-phryngeals geseran bersuara muraqqaq
                   / ح / Root-phryngeals tak bersuara muraqqaq
                   Glottals
                   / ھ / Glottal geseran tak bersuara muraqqaq
                   /  h /  Glottals geseran tak bersuara muraqqaq
                   / ۶ / Glottals letup tidak ( tak bersuara ataupun bersuara )
                   / ?  / Glottals letup tidak ( tak bersuara ataupun bersuara )
3.      Peta persamaan dan perbedaan antara Vokal dan Konsonan Bahasa Arab dengan Bahasa Indonesia.
a.       Vokal.
Dari seleksi yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa antara vokal bahasa Arab dan bahasa Indonesia terdapat kepersisan, aspek persamaan dan perbedaan yaitu :
(1)   Kepersisan antara kasrah qasirah : / i  / dalam bahasa indonessia, demikian pela antara damah qasirrah : /  U / dengan /  u /, dan antara fathah qasirah : / ð /dengan /Ə /.
(2)   Aspek persamaan antara fathah tawilah / æ / dengan / a / , yaitu sama-sama vokal rendah terbuka tidak bulat, dan sekaligus berbeda karena  / æ / vokal depan dan panjang sedangkan / a / vokal tengah dan pendek.
(3)   Perbedaannya adalah :
a)      Didalam bahasa Indonesia terdapat vokal panjang seperti pada bahasa Arab : / i: /, / u: / dan /æ /.
b)      Didalam bahasa Arab tidak terdapat vokal / e / dan / o /, dan tidak terdapat diftong. Sedangkan di dalam bahasa Indonesia dua hal ini terdapat.
b.      Konsonan
Adapun di dalam konsonan ditemukan persamaan (kepersisan), perbedaan, dan kemiripan, yaitu sebagai berikut :
(1)   Persamaan antara / ب / dengan  / b /, / م / dengan / m /, / ف / dengan / f /, / ز / dengan / z /, / س / dengan / s /, / ر / dengan / r /, / د / dengan / d /, / ت / dengan / t /, / ل / dengan / l /, / ن / dengan / n /, / ش / dengan / sy /, / ي / dengan / y /, / ك / dengan / k /, / ھ / dengan / h /, dan / و / dengan / w /.
(2)   Perbedaan yaitu bahwa didalam bahasa Indonesia tidak terdapat :
a)      Bunyi konsonan mufakhkham, yaitu / ص /, /  ض /, / ط /, /

c.       Analisis kontrastif morfologi
d.      Analisis kontrastif sintaksis
Perbandingan struktur sintaksis kalimat bahasa Indonesia dengan kalimat Bahasa Arab. Dalam struktur kalimat bahasa Indonesia fungsi-fungsi sintaksis kata seperti subyek, obyek, predikat ditandai dengan posisi kata dalam kalimat. Kalimat BI yang sederhana seperti sang guru mengambil buku; subyek atau pelaku mendahului kata kerja, penderita berada sesudah kata kerja; sedangkan kata kerjanya mengambil posisi diantaranya. Dalam BA kalimat dengan makna tersebut muncul sebagai berikut ;
أخذ  المعلم الكتاب
Sang guru mengambil buku itu,
Dalam contoh tersebut, disamping posisinya, nomina beserta verba memperoleh perubahan bentuk sesuai dengan fungsi sintaksisnya : pelaku ditandai oleh perubahan bentuk dari al mu’allim menjadi al-mu’allimu , yakni diberi vokel akhir ‘u, sedangkan penderita dari al-kitab menjadi al-kitaba, yakni ditandai dengan pemunculan vocal akhir a, sementara itu kata kerja akhadja beraa di awal kalimat.[19]
e.       Analisis kontrastif budaya
Menurut pengalaman seorang penerjemah di Timur Tengah, tidak menemukan ungkapan selamat malam yang biasa diucapkan dengan ليلتك السعيدة atau selamat siang dengan نهارك السعيد oleh pembelajar di Indonesia. Dalam budaya Arab hanya mengenal dua macam waktu yang digunakan untuk menyapa yaitu صباح الخير (selamat pagi) dan مسأالخير (selamat sore), selamat siang masuk pada صباح الخير adapaun selamat malam memakai مسأالخير. Menurut hemat penulis pembelajar mengucapkan نهارك السعيد‎ ‎karena kata ini sering disajikan dalam buku ajar bahasa Arab di madrasah. Sedangkan sapaan صباحَ اليسمين  dan صباحَ الفول yang populer di Timur Tengah justru tidak diperkenalkan pada pembelajar. 
Contoh lain kurangnya pemahaman budaya misalnya kata “اهلا وسهلا”. Para guru bahasa Arab pada umumnya menerangkan bahwa kata tersebut diucapkan ketika awal pertemuan atau perkenalan sehingga dimaknai “selamat datang”. Padahal kata tersebut sering diucapkan orang Arab dimana saja tidak hanya untuk “selamat datang”, misalnya untuk menjawab telpon dan sebagainya. Pembelajaran bahasa yang hanya terpaku pada cara pengucapan dan arti kosa katanya saja secara berulang-ulang tanpa penjelasaan pemakaian ungkapan yang kasual atau formal dan situasi yang tepat dapat menimbulkan kesalahpahaman. 
Akibat dari kurangnya pemahaman silang budaya dari bahasa yang dipelajari diantaranya adalah pembelajar tidak jarang memasukkan budaya bahasa ibu ketika sedang berkomunikasi dengan bahasa asing tersebut, atau yang biasa diistilahkan dengan peristiwa interferensi  atau kesalahan berbahasa . Misalnya adalah pembelajar mengucapkan kata “قديم جدًا “untuk maksud “lama sekali”, padahal dalam budaya Arab yang benar adalah “طويلا“dan lain-lain. Kultur orang Arab yang tidak sama dengan orang Indonesia yang selalu terbuka dan bicara keras juga sangat mempengaruhi gaya bahasa tersendiri.[20]


BAB III
RINGKASAN

Analisis kontrastif adalah cara untuk mendeskripsikan kesulitan atau kemudahan pembelajar bahasa dalam belajar bahasa kedua dan bahasa asing. Analisis kontrastif bukan saja untuk membandingkan unsur-unsur kebahasaan dan sistem kebahasaan dalam bahasa pertama (B1) dengan bahasa kedua (B2), tetapi sekaligus untuk membandingkan dan mendeskripsikan latar belakang budaya dari kedua bahasa tersebut sehingga hasilnya dapat digunakan pengajaran bahasa kedua atau bahasa asing.
Tiga cara yang dapat ditempuh dalam membandingkan dan mengkontraskan adalah :
1)        Kesamaan struktur
2)        Kesamaan terjemahan, dan
3)        Kesamaan struktur dan kesamaan terjemahan
Komponen bahasa dan aplikasinya dalam analisis kontrastif diantaranya yaitu
a.       Analisis kontrastif fonologi
b.      Analisis kontrastif morfologi
c.       Analisis kontrastif sisntaksis
d.      Analisis kontrastif budaya
















DAFTAR PUSTAKA

Guntur Tarigan, Henry. Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa. Bandung : PT. Angkasa, 2009
Daniel Parera, Jos . Linguistik Edukasional. Jakarta : PT.Erlangga, 1997.
Fachrurrozi, Aziz dan Muhajir. gramatika bahasa Arab. Ciputat : lembaga penelitian UIN Syarif Hidayatullah.
Zaenuddin, Mamat. Makalah ;”Studi Analisis Kontrastif dalam Pengajaran Bahasa Arab”. Jakarta : Program Pascasarjana (S3) UIN 2004.
Rujukan Website :
Di akses (22/03/2012), http://file.upi.edu/Direktori/DUAL-MODES/PEMBINAAN_BAHASA_INDONESIA_SEBAGAI_BAHASA_KEDUA/9_BBM_7.pdf



[1] Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa, (Bandung; Angkasa, 2009).,hal 5
[2]Mamat Zaenuddin, Makalah ;”Studi Analisis Kontrastif dalam Pengajaran Bahasa Arab”,Program Pascasarjana (S3) UIN Jakarta 2004.,hal. 2
[3]Jos Daniel Parera,Linguistik Edukasional, (Jakarta: PT.Erlangga, 1997)., cet.ke-2., hal. 107
[4]Di akses (26/03/2012), http://pasca.unand.ac.id/id/wp-content/uploads/2011/09/Artikel-untuk-syarat-wisuda.pdf
[5]Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa,….,hal 5
[6]Mamat Zaenuddin, Makalah ;”Studi Analisis Kontrastif dalam Pengajaran Bahasa Arab”,…,hal. 2
[7]Di akses (22/03/2012), http://file.upi.edu/Direktori/DUAL-MODES/PEMBINAAN_BAHASA_INDONESIA_SEBAGAI_BAHASA_KEDUA/9_BBM_7.pdf
[8]Jos Daniel Parera,Linguistik Edukasional, …., hal. 105
[9] Di akses (22/03/2012), http://file.upi.edu/Direktori/DUAL-MODES/PEMBINAAN_BAHASA_INDONESIA_SEBAGAI_BAHASA_KEDUA/9_BBM_7.pdf
[10]Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa,…..,hal 13
[11]Mamat Zaenuddin, Makalah ;”Studi Analisis Kontrastif dalam Pengajaran Bahasa Arab”,…,hal. 3
[12]Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa,….,hal 42
[13]Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa,….,hal 15-16
[14]Mamat Zaenuddin, Makalah ;”Studi Analisis Kontrastif dalam Pengajaran Bahasa Arab”,…,hal. 7
[15]Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa,….,hal.33
[16]Jos Daniel Parera,Linguistik Edukasional,….,hal. 109-110
[17]Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa,….,hal 21
[18]Mamat Zaenuddin, Makalah ;”Studi Analisis Kontrastif dalam Pengajaran Bahasa Arab”,…,hal.8-9
[19]Aziz fachrurrozi dan muhajir, gramatika bahasa Arab, (lembaga penelitian UIN Syarif Hidayatullah., hal.i