Oleh : Kelompok
8 (Pendidikan Bahasa Arab/FITK/UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
Nama / NIM : Munirotul Khudsiyah (109012000028)
Nasrulloh (109012000020)
Yasir Amri (109012000021)
BAB I
PENDAHULUAN
Diantara
faktor yang menjadi kurang berhasilnya pengajaran bahasa asing adalah adanya interferensi
bahasa ibu terhadap bahasa asing yang sedang dipelajari.
Kebiasaan berbahasa ibu sebagai bahasa pertama dapat
mempengaruhi proses belajar
mengajar bahasa asing sebagai bahasa kedua. Pengetahuan bahasa pertama yang telah dimiliki oleh seseorang
yang sedang mempelajari bahasa asing akan
ditransfer
kepada bahasa yang sedang dipelajarinya. Semua gejala bahasa yang mirip, baik dalam bentuk, arti maupun
distribusinya diduga akan mempercepat proses
belajar,
sedangkan gejala bahasa yang berbeda diduga akan dapat menghambat proses belajar bahasa asing. Lado
mengemukakan bahwa pola-pola yang mirip diasumsikan mudah untuk dipelajari dari pada
pola-pola yang berbeda.
Untuk menemukan dan menggambarkan problem yang
dihadapi oleh para pembelajar bahasa asing dapat diadakan perbandingan di
antara kedua bahasa itu, sehingga akhirnya dapat membuat suatu diagnosis
(ramalan) terhadap kemungkinan kesukaran para pembelajar secara tepat kemudian
dapat menerka dan menggambarkan pola-pola yang akan menyebabkan kesukaran.
Analisis kontrastif, berupa prosedur kerja, adalah
aktivitas atau kegiatan yang mencoba membandingkan struktur bahasa ibu dengan
struktur bahasa asing yang dipelajari, untuk mengidentifikasi
perbedaan-perbedaan di antara kedua bahasa itu. Perbedaan-perbedaan itu
digunakan sebagai landasan dalam meramalkan atau memprediksi
kesulitan-kesulitan belajar bahasa asing tersebut.[1]
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Latar Belakang Munculnya Analisis Kontrastif/Tinjauan
Historis
Analisis kontrastif
muncul sebagai jawaban terhadap tuntutan perbaikan pengajaran bahasa kedua atau bahasa
asing. Analisis kontrastif mendominasi dunia
pengajaran
bahasa kedua dan pengajaran bahasa asing sejak akhir Perang Dunia ke II sampai pertengahan tahun 1960-an.
Analisis kontrastif dikembangkan dan
dipraktekkan
tahun 1950-an dan 1996-an, sebagai suatu aplikasi linguistik struktural pada pengajaran bahasa.[2]
Tokoh utama yang menjadi pelopor Analisis Kontrastif adalah Robert Lado, lewat
buku Linguistik Across Cultures! Linguistik di Berbagai Budaya, Anakon diperkenalkan dan diterapkan.[3]
B.
Pengertian Analisis Kontrastif
Analisis Kontrastif pada mulanya
berasal dari konsep Linguisik Kontrastif, yakni sebuah cabang dari
Linguistik Terapan. Analisis kontrastif (sering dikenal dengan
sebutan Anakon) merupakan salah satu cara
kerja untuk mencari persamaan dan perbedaan yang terdapat dalam dua bahasa
atau lebih (Carl James, 1980 dan Kridalaksana, 2008). Anakon telah dikenal
orang pada pertengahan abad 20. Anakon pada hakikatnya merupakan salah satu cara mengajarkan
bahasa asing secara efisien dan efektif.[4]
Analisis kontrastif adalah suatu kajian terhadap
unsur-unsur kebahasaan.
Pada Analisis
kontrastif terdapat
komparasi perbandingan sistem-sistem linguistik dua bahasa, misalnya sistem bunyi maupun
sistem gramatikal.[5]
Hal ini diperjelas oleh Ahmad
bin Abdullah al-Basyir yang menyatakan bahwa ;
التقابلي هو
اجراء عملي للمقارنة بين أنظمة لغتين أو أكثر لحصر أوجه التشابه وأوجه الاختلاف
بينهما. ويعتمد ذلك على تحليل لكل من النظامين موضع المقارنة يقوم على أساس من
المنهج الوصفي لا التاريخي.
Sedangkan, Fisiak
mengemukakan
pengertian analisis kontrastif adalah suatu cabang ilmu linguistik yang mengkaji
perbandingan dua bahasa atau lebih atau sub sistem bahasa-bahasa. Tujuannya untuk menemukan perbedaan-perbedaan
dan persamaan-persamaan kedua bahasa tersebut.[6]
Menurut Lado (1975), analisis kontrastif adalah cara
untuk mendeskripsikan kesulitan
atau kemudahan pembelajar bahasa dalam belajar bahasa kedua dan bahasa asing. Analisis kontrastif
bukan saja untuk membandingkan unsur-unsur kebahasaan dan sistem kebahasaan
dalam bahasa pertama (B1) dengan bahasa kedua (B2), tetapi sekaligus untuk
membandingkan dan mendeskripsikan latar belakang budaya dari kedua bahasa
tersebut sehingga hasilnya dapat digunakan pengajaran bahasa kedua atau bahasa
asing.[7]
C.
Asumsi Dasar Anakon
Untuk menjawab
usaha memperbesar keberhasilan pengajaran dan pembelajaran bahasa asing atau
bahasa kedua (B2), para penganut anakon mempunyai beberapa asumsi dasar ;[8]
1) Anakon dapat dipergunakan
untuk meramal kesalahan siswa mempelajari bahasa asing atau bahasa kedua.
Butir-butir perbedaan dalam tiap tataran bahasa pertama dan bahasa kedua akan
memberikan kesulitan kepada para siswa dalam mempelajari bahasa kedua itu.
Sebaliknya butir-butir yang sama akan mempermudah siswa mempelajari bahasa
kedua.
2) Anakon dapat
memberikan satu sumbangan yang menyeluruh dan konsisten dan sebagai alat
pegendali penyusunan materi pengajaran dan pelajaran bahasa kedua secara
efisien. Dengan perbandingan perbedaan pada setiap tataran analisis bahasa,
bahan dapat disusun sesuai dengan tingkat kesulitan masing-masing tataran.
3) Anakon pun dapat
memberikan sumbangan untuk mengurangkan proses interferensi dari bahasa
pertama/bahasa ibu ke dalam bahasa kedua atau asing.
Berdasarkan
asumsi di atas, disusunlah buku-buku pelajaran bahasa asing, khususnya bahasa
Arab ke bahasa lain dengan harapan proses berbahasa kedua tidak terlalu
dipengaruhi oleh bahasa pertama. Para guru pun didik untuk memahami anakon guna
usaha perbaikan kesalahan bahasa.
D.
Tujuan Analisis Kontrastif
Tujuan analisis
kontrastif dihubungkan dengan proses belajar–mengajar bahasa kedua, antara lain seperti
dijelaskan oleh Tarigan (1997) sebagai berikut:[9]
1.
Untuk penyusunan materi (bahan) pengajaran bahasa kedua, yang
dirumuskan berdasarkan butir-butir yang berbeda antara kaidah (struktur) bahasa
pertama (B1) dan kaidah bahasa kedua (B2) yang akan dipelajari oleh siswa;
2.
Untuk penyusunan pengajaran bahasa kedua
yang berlandas tumpukan pada pandangan linguistik strukturalis dan
psikologi behavioris;
3.
Untuk penyusunan kelas pembelajaran bahasa
terpadu antara bahasa pertama (B1) siswa dengan bahasa kedua (B2) yang harus
dipelajari oleh siswa;
4.
Untuk penyusunan prosedur pembelajaran atau
penyajian bahan pengajaran bahasa
kedua. Adapun langkah-langkahnya adalah:
a.
Menunjukkan persamaan dan perbedaan antara
B1 siswa dengan B2 yang akan
dipelajari oleh siswa;
b.
Menunjukkan butir-butir dalam B1 siswa yang
berpeluang mengakibatkan kesulitan belajar dan kesalahan berbahasa B2 siswa;
c.
Mengajukan solusi (cara-cara) mengatasi
intervensi terhadap B2 yang akan dipelajari oleh siswa;
d.
Menyajikan sejumlah latihan pada
butir-butir yang memiliki perbedaan antara B1 dengan B2 yang akan dipelajari oleh siswa.
E. Karakteristik Analisis Kontrastif
Para pakar
linguistic menyatakan bahwa “Analisis Kontrastif mempunyai dua aspek, yakni
aspek linguistic dan aspek psikologis”.(Ellis, 1982). Aspek linguistic analisis
kontrastif berkaitan dengan pemberian bahasa dalam rangka memperbandingkan dua
bahasa.[10]
Dalam hal ini tersirat dua hal penting, yaitu apa yang akan diperbandingkan,
dan bagaimana cara membandingkannya. Sedangkan, aspek psikologi analisis
kontrastif menyangkut dengan kesukaran belajar, cara menyusun bahan pengajaran,
dan cara penyampaian bahan pengajaran.[11]
F. Implikasi Analisis Kontrastif dalam Pengajaran Bahasa
Asing (B2)
Implikasi Anakon
dalam kelas pengajaran B2 terlihat pada segi-segi :[12]
1. Penyusunan materi pengajaran yang didasarkan kepada
butir-butir yang berbeda antara B1 siswa dan B2 yang edang dipelajari
2. Penyusunan tata bahasa pedagogis yang didasarkan pada
teori linguistic yang digunakan.
3. Penataan kelas secara terpadu, yang B1 digunakan
sebagai pembantu dalam pengajaran B2.
4. Penyajian materi pengajaran secara langsung:
a. Menunjukkan persamaan dan perbedaan B1 dan B2;
b. Menunjukkan butir-butir B1 yang mungkin mendatangkan
kesalahan dalam B2;
c. Menganjurkan cara-cara mengatasi interferensi;
d. Memberikan latihan intensif pada butir-butir yang
berbeda.
G. Kelebihan dan Kekurangan Analisis Kontrastif
a. Kelebihan Analisis Kontrastif
Melalui perbandingan antara dua bahasa
banyak hal yang dapat diungkapkan.
Beberapa
di antara kemungkinan itu adalah
:[13]
1. Tiada perbedaan :
struktur atau sistem aspek tertentu dalam kedua bahasa
tidak ada perbedaan sama sekali (konsonan
/l,m,n/
diucapkan sama dalam bahasa Indonesia dan
bahasa
Arab).
2. Fenomena
konvergen : dua butir atau
lebih dalam B1 menjadi satu dalam B2 (bahasa Indonesia padi, beras, nasi
menjadi ruzz dalam bahasa Arab)
3. Ketidakadaan :
butir atau sistem tertentu dalam B1 tidak terdapat dalam B2. Misalnya, sistem
penjamakan dengan penanda wau dan nun untuk jamak mudzakkar
salim,alif dan ta untuk jamak muannats salim dalam
bahasa Arab tidak ada dalam bahasa Indonesia; sebaliknya sistem penjamakan
dengan pengulangan kata dalam bahasa Indonesia (rumah-rumah, daun-daun,
ikanikan) tidak ada dalam bahasa Arab.
4. Beda distribusi :
butir tertentu dalam B1 berbeda distribusi dengan butir
yang sama dalam B2. Misalnya fonem (n) dalam bahasa Indonesia menduduki posisi
awal, tengah dan akhir kata, sedangkan dalam bahasa Inggris hanya menduduki
posisi tengah dan akhir kata.
5. Tiada persamaan :
butir tertentu dalam B1 tidak memiliki kesamaan dalam
B2. Misalnya, predikat kata sifat dalam bahasa Indonesia
tidak terdapat dalam bahasa Inggris;
misalnya:
Dia kaya (Indonesia) menjadi ‘He is rich’.
(Inggris).
6. Fenomena
divergen :
satu butir tertentu dalam B1 menjadi dua butir dalam B2. Misalnya, kata _ _ (Arab) dapat
menjadi kita atau
kami dalam bahasa Indonesia.
Baraja
mengemukakan bahwa sumbangan analisis kontrastif bagi pengajaran bahasa sekurang-kurangnya
meliputi dua hal, yaitu sumbangan kepada penulisan buku teks dan sumbangan
kepada guru kelas. Data yang diperoleh sebagai hasil analisis kontrastif sangat membantu penulis
buku teks. Penulis buku teks akan beruntung
mendapat
masukan dan data mengambil keputusan tentang hal-hal yang perlu diberikan, urutan yang akan
digunakan, dan latihan berbahasa yang perlu
ditekankan.
Dengan masukan seperti itu, penulis buku teks akan lebih mudah dalam
menyesuaikan isi bukunya dengan tuntutan sekolah dan si terdidik.
Selanjutnya,
bagi guru kelas, pemahaman terhadap analisis kontrastif akan membantu pekerjaannya sebagai guru
bahasa. Dengan analisis kontrastif, guru dapat menolong
siswa agar tidak membuat kesalahan terus-menerus. Guru dapat meramalkan
kesalahan yang akan dibuat siswa dan kalau guru menemukan kesalahan, ia dapat
menentukan apakah itu bersumber dari pengaruh bahasa ibu ataukah pengaruh lain.[14]
b. Kekurangan
Analisis Kontrastif
Di
antara kritikan yang dialamatkan kepada analisis kontrastif adalah :
-
aspek linguistik
terlalu bersifat teoretis.
-
teori linguistik
struktural kurang memuaskan.
-
aspek bahasa
yang diperbandingkan belum menyeluruh (baru tertuju pada fonologi, semantik dianaktirikan).
-
perbedaan tidak
selalu menimbulkan kesukaran, kesukaran tidak identik dengan perbedaan).
-
kesukaran dan
kesalahan berbahasa tidak selalu dapat diprediksi atau diramalkan.
-
interferensi
bukan merupakan penyebab utama kesalahan berbahasa.
-
bahan pengajaran
tidak utuh dan menyeluruh, hanya bersifat pragmen saja.
H. Metodologi Analisis Kontrastif Antarbahasa[16]
Prasyarat
pertama analisis kontrastif ialah satu analisis secara deskriptif yang
baik dan mendalam tentang bahasa-bahasa yang hendak dikontraskan. Juga dalam
hal ini teori analisis dua atau lebih bahasa yang hendak dibandingkan atau
dikontraskan itu harus ditentukan pula.
Pengontrasan
dua bahasa tidak mungkin dilakukakan secara menyeluruh. Oleh karena itu, perlu
seleksi. Para linguis menerima bahwa bahasa merupakan satu system dari system.
Bahasa yang merupakan satu system itu mempunyai beberapa subsistem. Setiap
subsistem mempunyai pula beberapa kategori. Salah satu metode ialah memilih dan
menentukan unsur dari subsistem dan kategori tertentu untuk dibandingkan.
Misalnya, bandingan tentang kategori kelas kata penunjuk, bandingan tentang
bentuk-bentuk verbum atau frase verbum, bandingan tentang beberapa unsus
fonologi, khususnya fonetik. Mungkin harus dilakukan bandingan butir demi butir
yang menonjol dan perlu untuk dikontraskan.
Kriteria
yang kedua dari analisis kontrastif ialah sifat penjelas dan bukan
komponen bahasa yang dikontraskan itu berdasarkan pengalaman bahwa komponen
atau unsur itu memberikan dan menimbulkan kesulitan bagi siswa pelajar bahasa
B2. Dengan sendirinya, analisis kontrastif membatasi diri hanya pada
bagian-bagian tertentu mengenai bahasa-bahasa yang hendak dibandingkan.
Kemudian
bagaimana membandingkan dan mengkontraskan, ada tiga cara yang mungkin ditempuh
:[17]
1)
Kesamaan struktur
2)
Kesamaan
terjemahan, dan
3)
Kesamaan struktur
dan kesamaan terjemahan.
I.
Langkah-Langkah
Analisis Kontrastif
Dalam upaya mengaplikasikan analisis kontrastif, kita
memerlukan langkah-langkahnya, berikut diantara langkah-langkah analisis
kontrastif ;[18]
-
Langkah pertama,
yaitu mendeskripsikan bahasa ibu secara lengkap.
-
Langkah kedua,
mendeskripsikan bahasa target. yang akan dipelajari siswa, terutama yang menyangkut segi linguistik.
-
Langkah ketiga,
memprediksi atau memperkirakan kesulitan belajar dan kesalahan berbahasa target berupa
identifikasi perbedaan bahasa ibu dan bahasa
target.
-
Langkah keempat,
membuat klasifikasi perbedaan antara bahasa ibu dan bahasa target.
-
Langkah kelima,
berkaitan dengan cara menyusun atau mengurutkan bahan pengajaran. Identifikasi perbedaan
antara dua bahasa dipakai sebagai dasar
memperkirakan
kesulitan belajar dan kesalahan berbahasa. Itulah yang dipakai sebagai dasar untuk menentukan urutan
atau susunan bahan pengajaran bahasa
target.
-
Langkah keenam
yang berhubungan erat dengan cara menyampaikan bahan. Siswa yang belajar bahasa target
sudah mempunyai kebiasaan tertentu dalam
bahasa
ibunya. Kebiasaan itu harus diatasi agar tidak lagi menginterferensi bahasa target. Pembentukan kebiasaan dalam
bahasa target dilakukan dengan penyampaian
bahan pelajaran yang telah disusun berdasarkan langkah pertama, kedua, ketiga, keempat dan kelima
dengan cara-cara tertentu, yakni peniruan,
pengulangan,
latihan runtun, dan penguatan. Dengan cara ini diharapkan para mahasiswa mempunyai kebiasaan
berbahasa target yang kokoh dan dapat
mengatasi
kebiasaan dalam berbahasa ibu.
J.
Komponen dan
Aplikasi Analisis Kontrastif dalam Pembelajaran Bahasa Arab
Komponen bahasa
dan aplikasinya dalam analisis kontrastif diantaranya yaitu :
a. Analisis kontrastif fonologi
1. Deskripsi Vokal dan Konsonan Bahasa Arab
a) Vokal Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia
Vokal Bahasa Arab
|
Depan
|
Tengah
|
Belakang
|
Striktur
|
|
Tak Bulat
|
Tak Bulat
|
Bulat
|
Netral
|
||
Tinggi
|
u, i:
|
|
U, u:
|
|
Tertutup
Semi Tertutup
Semi Terbuka
Terbuka
|
Madya
|
|
ᶞ
|
|
|
|
Rendah
|
ᴂ
|
|
|
|
Bagian ini menjelaskan tentang keadaan vokal bahasa Arab pada saat
diucapkan, yakni dilihat dari segi tinggi-rendahnya lidah, bagian lidah yang berperan
(bergerak), strikturnya dan bentuk bibir. Dari bagan ini, vokal bahasa Arab
dapat dipaparkan sebagai berikut:
/ i / tinggi depan tertutup
tak bulat
/ i: / tinggi depan tertutup
tak bulat
/ u / tinggi belakang tertutup
bulat
/ u: / tinggi belakang tertutup
bulat
/ ᵭ / madya tengah semi
terbuka tak bulat
/ ᴂ / rendah depan terbuka tak
bulat
Vokal Bahasa
Indonesia
|
Depan
|
Tengah
|
Belakang
|
Striktur
|
|
Tak Bulat
|
Tak Bulat
|
Bulat
|
Netral
|
||
Tinggi
|
I
|
|
u:
|
|
|
Madya
|
E
|
ᶞ
|
o
|
|
|
Rendah
|
A
|
A
|
|
|
|
Dari bagian ini dapat dijelaskan, bahwa vokal bahasa Indonesia adalah
sebagai berikut :
/ i / tinggi depan tertutup
tak bulat
/ u / tinggi belakang
tertutup bulat
/ u: / tinggi depan semi
tertutup tak bulat
/ ᵭ / Madya tengah semi
terbuka tak bulat
/ o / Madya belakang semi
tertutup bulat
/ a / Rendah Tengah terbuka tak bulat
Depan
(untuk / a / menurut buku “Tata Buku Bahasa
Indonesia”, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan , Balai Pustaka, 1988, adalah vokal tengah; sedangkan
menurut Soebarsi,S, 1973, dalam “ Learn Bahasa Indonesia Book 1,
kanisius-Bhratara,adalah vokal depan).
Disamping enam vokal tunggal tersebut, di dalam bahasa
Indonesia terdapat vokal rangkap atau diftong, yaitu :
/ ay / / cukay / cukai
/aw / / harimaw / harimau
/ ow / / amboy / amboi.
Tiga diftong ini apabila dimasukkaan ke dalam system
klasifikasi vokal diatas, maka dapat dibedakan menjadi:
1. Diftong naik-menutup-maju (ai) : cukai, pandai,
tupai.
2. Diftong naik-menutup-maju (oi) : amboi, sepoi-sepoi.
3. Diftong naik-menutup-mundur (au) : saudara,
lampau, saudara,
lampau, saudagar
Dalam
bahasa Indonesia hanya ada diftong naik saja, sedangkan diftong turu tidak ada.
b. Konsosnan Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia
Mengenai konsonan bahasa Arab dan bahasa Indonesia
ini, secara rinci telah diuraikan dan menjadi contoh di dalam pembahasan
mengenai klasifikasi konsonan dari segi (a) cara hambat, (b) bergetar tidaknya
pita suara, (c) tarkhim, dan (d) tempat hambatan (makhraj). Untuk menghindari
pembahasan yang bertele-tele, maka pembahasan konsonan disini langsung akan
meringkaskan pembahasan yang lalu itu, secara lebih sederhana dalam bentuk
bagan berikut.
Konsonan Bahasa Arab
Tempat Artikulasi/Makhraj
|
Cara pengucapan/Artikulasi
|
||||||||||||
Letup
|
Geseran
|
Tengah-tengah
|
|||||||||||
B
|
T
|
B
|
T
|
Pd.B
|
Lt.
B
|
Tr.
B
|
Ns
B
|
Sv.
B
|
|||||
|
kh
|
rq
|
kh
|
rq
|
kh
|
rq
|
kh
|
rq
|
|||||
Bilabials
|
|
ب
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Labio dentals
|
|
|
|
|
|
|
|
ف
|
|
|
|
|
|
Inter dentals
|
|
|
|
|
و
|
و
|
|
ث
|
|
|
|
|
|
Apiko alveolars
|
|
|
|
|
|
ز
|
ص
|
س
|
|
|
ر
|
|
|
Apiko-dental alveolars
|
ض
|
د
|
ط
|
ت
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Fronto palatals
|
|
|
|
|
|
|
|
ش
|
ج
|
|
|
|
|
Medio palatals
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
ي
|
Dorso velars
|
|
|
|
ك
|
غ
|
|
خ
|
|
|
|
|
|
|
Dorso uvular
|
|
|
ق
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Root paryngeal
|
|
|
|
|
|
ع
|
|
ح
|
|
|
|
|
|
Glottal
|
|
ء
|
|
|
|
|
|
ھ
|
|
|
|
|
|
Keterangan :
B = bersuaara Lt.B
= lateral bersuara
T = tidak bersuara Tr.B
= trills bersuara
Kh = mufakhkham N.B
= nasal bersuara
Rq = muraqqaq Sv.B
= semi-vokal bersuara
Pd.B = paduan
bersuara
Konsonan Bahasa
Indonesia
Tempat artikulasi/ makharij
|
Cara pengucapan / artikulasi
|
||||||||||||
Letup
|
Geseran
|
Tengah-tengah
|
|||||||||||
|
B
|
T
|
B
|
T
|
Pd.
B
|
Lt.
B
|
Tr.
B
|
Ns.
B
|
Sv.
B
|
||||
kh
|
rq
|
kh
|
rq
|
kh
|
rq
|
kh
|
rq
|
||||||
Bilabials
|
|
b
|
p
|
|
|
|
|
|
|
|
|
m
|
w
|
Labio dentals
|
|
|
|
|
|
v
|
|
f
|
|
|
|
|
|
Inter dentals
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Apiko alveolars
|
|
|
|
|
|
z
|
|
s
|
|
|
R
|
|
|
Apiko-dental alveolars
|
d
|
|
t
|
|
|
|
|
|
|
I
|
|
n
|
|
Fronto palatals
|
|
|
|
|
|
|
|
sy
|
|
|
|
ny
|
|
Medio palatals
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
y
|
Dorso velars
|
|
g
|
|
k
|
|
|
|
kh
|
|
|
|
|
|
Dorso uvular
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Root paryngeal
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Glottal
|
|
|
?
|
|
|
|
|
h
|
|
|
|
|
|
Keterangan :
B = bersuaara Lt.B
= lateral bersuara
T = tidak bersuara Tr.B
= trills bersuara
Kh = mufakhkham N.B
= nasal bersuara
Rq = muraqqaq Sv.B
= semi-vokal bersuara
Pd.B = paduan
bersuara
2. Seleksi persamaan dan perbedaan anatara vokal dan
konsonan Bahasa Arab dengan Bahasa Indonesia
a. Vokal
Untuk memudahkan seleksi, terlebih dahulu vokal Bahasa
Arab ddan Bahasa Indonesia dikemukakan dalam suatu bagan secara bersama-sama,
sebagai berikut :
Vokal Bahasa Arab
dan Bahasa Indonesia
|
Depan
|
Tengah
|
Belakang
|
Striktur
|
|
Tak bulat
|
Tak bulat
|
Bulat
|
Netral
|
||
Tinggi
|
i,i.i:
|
|
u,u,u:
|
|
Tertutup
Semi tertutup
Semi terbuka
Terbuka
|
Madya
|
E
|
Ә ᶞ
|
O
|
|
|
Rendah
|
ᴂ a
|
|
|
|
Dari bagan ini dapat
dijelaskan, perbandingan diantara vokal Bahasa Arab dengan Bahasa Indonesia
yaitu :
/ i / tinggi depan tertutup tak bulat
/ i: / tinggi depan tertutup tak
bulat
/ i / tinggi depan tertutup tak bulat
/ u / tinggi belakang tertutup bulat
/ u: / tinggi belakang tertutup
bulat
/ u / tinggi belakang tertutup bulat
/ æ / tinggi depan terbuka tak bulat
/ e / tinggi depan semi tertutup tak bulat
/ a / rendah depan terbuka tak bulat
/ a / rendah tengah terbuka tak bulat
/ ᵭ / Madya tengah semi terbuka tak bulat
/ ә / Madya tengah semi terbuka
tak bulat
/ e / Madya depan semi tertutup
tak bulat
/ o / Madya belakang semi tertutup bulat
Bahwa didalam Bahasa Arab tidak terdapat vokal rangkap atau diftong,
sedangkan didalam Bahasa Indonesia terdapat.
b. Konsosnan
c. Sepert halnya dalam penjelasan vokal, maka terlebih
dahulu dikemukakan bagan konsosnan Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia secara
bersama-sama, sebagai berikut :
Konsonan Bahasa
Arab dan Bahasa Indonesia
Tempat Artikulasi / Makharij
|
Cara pengucapan / Artikulasi
|
||||||||||||
Letup
|
geseran
|
Tengah-tengah
|
|||||||||||
B
|
T
|
B
|
T
|
Pd.
B
|
Lt.
B
|
Tr.
B
|
Ns.
B
|
Sv.
B
|
|||||
|
kh
|
rq
|
kh
|
rq
|
kh
|
rq
|
kh
|
rq
|
|||||
Bilabials
|
|
b
ب
|
|
p
|
|
|
|
|
|
|
|
m
م
|
w
و
|
Labio dentals
|
|
|
|
|
|
v
|
|
f
ف
|
|
|
|
|
|
Inter dentals
|
|
|
|
|
ظ
|
ذ
|
|
ث
|
|
|
|
|
|
Apiko alveolars
|
|
|
|
|
|
z
ز
|
ص
|
s
س
|
|
|
r
ر
|
|
|
Apiko-dental alveolars
|
ض
|
d
د
|
ط
|
t
ت
|
|
|
|
|
|
L
ل
|
|
n
ن
|
|
Fronto palatals
|
|
j
|
|
c
|
|
|
|
sy
ش
|
ج
|
|
|
Ny
|
|
Medio palatals
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
y
ي
|
Dorso velars
|
|
g
|
|
k
ك
|
غ
|
|
خ
|
kh
|
|
|
|
Ng
|
|
Dorso uvular
|
|
ء
|
ق
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Root paryngeal
|
|
|
|
|
|
ع
|
|
ح
|
|
|
|
|
|
Glottal
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Keterangan :
B = Bersuara Lt.
B = Lateral Bersuara
T = Tidak Bersuara Tr. B = Trilis bersuara
Kh = Mufakham N.B =
Nasal bersuara
Rq = muraqqaq Sv.B
= semi-vokal bersuara
Pd.B = paduan
bersuara
Dari
bagan tersebut dapat diambil uraian mengenai persamaan dan perbedaan antara
konsonan bahasa Arab dan bahasa Indonesia. Untuk memudahkan penguraian dan
penganalisaan yang tepat, maka dipakai prinsip pembedaan dari segi tempat
artikulasi makhraj sebagai pertama, kemudian dilanjutkan pada cara pengucapan
dan berbagai rinciannya. Makhraj merupakan pembeda yang prinsip, karena apabila
dua konsonan dalam keseluruhan sifatnya memiliki persamaan sedangkann
makhrajnya berbeda atau berjauhan, maka tidak berarti dua konsonan itu sangat
bermiripan, misalnya / z / dengan /ع /. Tetapi sebaliknya, apabila
dua konsonan itu memiliki makhraj yang sama atau berdekatan sekali, maka kemiripan
itu dapat terjadi, misalnya / t /, / ط / dan / د /, / s /, / ص /, dan / z / atau / س /, / ث /, dan / z /, / ذ /. Oleh karena itu uaraian ini
akan dimulai dari bilabials dan berakhir pada glottal, sebagai berikut :
Billabials :
/ ب / Bilabial letup bersuara muraqqaq
/ b /
Bilabial letup bersuara muraqqaq
/ p /
Bilabial letup tak bersuara muraqqaq
/ م /
Bilabial letup tengah-tengah nasal bersuara
/ m / Bilabial letup tengah-tengah nasal bersuara
/ و /
Bilabial letup tengah-tengah semi-vokal bersuara
/ w / Bilabial letup tengah-tengah semi-vokal
bersuara
Labio dentals :
/ v / Labio dentals geseran bersuara muraqqaq
/ ف
/ Labio dentals geseran tak bersuara
muraqqaq
/ f /
Labio dentals geseran tak bersuara muraqqaq
Inter dentals :
/ ظ
/ Inter dentals geseran bersuara
mufakhkham
/ ذ /
Inter dentals geseran bersuara muraqqaq
/ ث
/ Inter dentals geseran tak bersaura muraqqaq
Apio alveolars
/ ز
/ Apio alveolars geseran bersuara muraqqaq
/ z / Apio
alveolars geseran bersuara muraqqaq
/ ص
/ Apio alveolars geseran tak bersuara mufakhkham
/ س
/ Apio alveolars geseran tak bersuara muraqqaq
/ s / Apio alveolars geseran tak bersuara
muraqqaq
/ ر
/ Apio alveolars tengah-tengah trill
bersuara
/ r / Apio alveolars tengah-tengah trill bersuara
Apiko
dental-alveolars
/
ض
/ Apiko dental-alveolars letup bersuara mufakhkham
/
د /
Apiko dental-alveolars letup bersuara muraqaq
/ d /
Apiko dental-alveolars letup bersuara muraqaq
/
ط / Apiko dental-alveolars letup tak bersuara
mufakhkham
/
ت / Apiko dental-alveolars letup tak bersuara
muraqqaq
/ t /
Apiko dental-alveolars letup tak bersuara muraqqaq
/
ل
/ Apiko dental-alveolars tengah-tengah lateral bersuara.
/
l / Apiko dental-alveolars tengah-tengah
lateral bersuara
/
ن / Apiko dental-alveolars tengah-tengah nasal
bersuara
/ n /
Apiko dental-alveolars tengah-tengah nasal bersuara
Fronto-palatals
/ j /
Fronto-palatals letup bersuara muraqqaq
/ c /
Fronto-palatals letup tak bersuara muraqqaq
/
ش
/ Fronto-palatals letup tak bersuara muraqqaq
/
sy / Fronto-palatals geseran tak bersuara
/
ج
/ Fronto-palatals tengah-tengah padu
bersuara
/
ny / Fronto-palatals tengah-tengah nasal bersuara
Medio
palatals
/
ي
/ Medio palatals tengah-tengah
semi-vokal bersuara
/ y /
Medio palatals tengah-tengah semi-vokal bersuara
Dorso-velars
/
غ
/ Dorso-velars geseran bersuara mufakhkham
/ g /
Dorso-velars geseran bersuara muraqqaq
/
ج
/ Dorso-velars geseran tak bersuara mufakhkham
/
kh / Dorso-velars geseran tak bersuara muraqqaq
/
ك
/ Dorso-velars letup tak bersuara muraqqaq
/ k /
Dorso-velars letup tak bersuara muraqqaq
/
ng / Dorso-velars t5engah-tengah bersuara
Dorso-uvulars
/
ق
/ Dorso-uvulars letup tak bersuara mufakhkham
Root-phryngeals
/
ع
/ Root-phryngeals geseran bersuara muraqqaq
/
ح
/ Root-phryngeals tak bersuara muraqqaq
Glottals
/
ھ
/ Glottal geseran tak bersuara muraqqaq
/ h /
Glottals geseran tak bersuara muraqqaq
/
۶ / Glottals letup tidak ( tak
bersuara ataupun bersuara )
/
? / Glottals letup tidak ( tak bersuara
ataupun bersuara )
3. Peta persamaan dan perbedaan antara Vokal dan Konsonan
Bahasa Arab dengan Bahasa Indonesia.
a. Vokal.
Dari seleksi yang telah dilakukan, dapat diambil
kesimpulan bahwa antara vokal bahasa Arab dan bahasa Indonesia terdapat
kepersisan, aspek persamaan dan perbedaan yaitu :
(1) Kepersisan antara kasrah qasirah : / i / dalam bahasa indonessia, demikian pela
antara damah qasirrah : / U / dengan / u /, dan antara fathah qasirah : / ð /dengan
/Ə /.
(2) Aspek persamaan antara fathah tawilah / æ / dengan / a
/ , yaitu sama-sama vokal rendah terbuka tidak bulat, dan sekaligus berbeda
karena / æ / vokal depan dan panjang
sedangkan / a / vokal tengah dan pendek.
(3) Perbedaannya adalah :
a) Didalam bahasa Indonesia terdapat vokal panjang
seperti pada bahasa Arab : / i: /, / u: / dan /æ /.
b) Didalam bahasa Arab tidak terdapat vokal / e / dan / o
/, dan tidak terdapat diftong. Sedangkan di dalam bahasa Indonesia dua hal ini
terdapat.
b. Konsonan
Adapun di dalam konsonan ditemukan persamaan
(kepersisan), perbedaan, dan kemiripan, yaitu sebagai berikut :
(1) Persamaan antara / ب / dengan / b /, / م / dengan / m /, / ف / dengan / f /, / ز / dengan / z /, / س / dengan / s /, / ر / dengan / r /, / د / dengan / d /, / ت / dengan / t /, / ل / dengan / l /, / ن / dengan / n /, / ش / dengan / sy /, / ي / dengan / y /, / ك / dengan / k /, / ھ / dengan / h /, dan / و / dengan / w /.
(2) Perbedaan yaitu bahwa didalam bahasa Indonesia tidak terdapat
:
a) Bunyi konsonan mufakhkham, yaitu / ص /, / ض /, / ط /, /
c. Analisis kontrastif morfologi
d. Analisis kontrastif sintaksis
Perbandingan struktur sintaksis kalimat bahasa
Indonesia dengan kalimat Bahasa Arab. Dalam struktur kalimat bahasa Indonesia fungsi-fungsi
sintaksis kata seperti subyek, obyek, predikat ditandai dengan posisi kata
dalam kalimat. Kalimat BI yang sederhana seperti sang guru mengambil buku;
subyek atau pelaku mendahului kata kerja, penderita berada sesudah kata kerja;
sedangkan kata kerjanya mengambil posisi diantaranya. Dalam BA kalimat dengan
makna tersebut muncul sebagai berikut ;
أخذ المعلم الكتاب
Sang
guru mengambil buku itu,
Dalam contoh tersebut, disamping posisinya, nomina
beserta verba memperoleh perubahan bentuk sesuai dengan fungsi sintaksisnya :
pelaku ditandai oleh perubahan bentuk dari al mu’allim menjadi al-mu’allimu ,
yakni diberi vokel akhir ‘u, sedangkan penderita dari al-kitab menjadi
al-kitaba, yakni ditandai dengan pemunculan vocal akhir a, sementara itu kata kerja
akhadja beraa di awal kalimat.[19]
e. Analisis kontrastif budaya
Menurut pengalaman seorang penerjemah di Timur Tengah, tidak menemukan ungkapan selamat malam yang
biasa diucapkan dengan ليلتك السعيدة atau selamat
siang dengan نهارك السعيد oleh pembelajar di Indonesia. Dalam budaya Arab
hanya mengenal dua macam waktu yang digunakan
untuk menyapa yaitu صباح الخير (selamat pagi) dan مسأالخير (selamat sore), selamat siang masuk pada صباح الخير adapaun selamat malam memakai مسأالخير.
Menurut hemat penulis pembelajar mengucapkan نهارك السعيد karena kata ini sering disajikan dalam buku ajar
bahasa Arab di madrasah. Sedangkan sapaan صباحَ اليسمين dan صباحَ الفول yang populer di Timur Tengah justru
tidak diperkenalkan pada pembelajar.
Contoh lain kurangnya pemahaman budaya misalnya kata “اهلا وسهلا”. Para guru bahasa
Arab pada umumnya menerangkan bahwa kata tersebut diucapkan ketika awal pertemuan atau perkenalan sehingga dimaknai “selamat
datang”. Padahal kata tersebut sering diucapkan
orang Arab dimana saja tidak hanya untuk “selamat datang”, misalnya untuk menjawab telpon dan sebagainya. Pembelajaran bahasa
yang hanya terpaku pada cara pengucapan dan arti
kosa katanya saja secara berulang-ulang tanpa penjelasaan pemakaian ungkapan yang kasual atau formal dan situasi yang
tepat dapat menimbulkan kesalahpahaman.
Akibat dari kurangnya pemahaman silang budaya dari bahasa yang dipelajari
diantaranya adalah pembelajar tidak jarang memasukkan
budaya bahasa ibu ketika sedang berkomunikasi
dengan bahasa asing tersebut, atau yang biasa diistilahkan dengan peristiwa interferensi atau
kesalahan berbahasa . Misalnya adalah
pembelajar mengucapkan kata “ قديم جدًا “untuk maksud “lama sekali”, padahal dalam
budaya Arab yang benar adalah “طويلا“dan lain-lain.
Kultur orang Arab yang tidak sama dengan orang
Indonesia yang selalu terbuka dan bicara keras juga sangat mempengaruhi
gaya bahasa tersendiri.[20]
BAB
III
RINGKASAN
Analisis
kontrastif adalah cara untuk mendeskripsikan
kesulitan
atau kemudahan pembelajar bahasa dalam belajar bahasa kedua dan bahasa asing. Analisis kontrastif
bukan saja untuk membandingkan unsur-unsur kebahasaan dan sistem kebahasaan
dalam bahasa pertama (B1) dengan bahasa kedua (B2), tetapi sekaligus untuk
membandingkan dan mendeskripsikan latar belakang budaya dari kedua bahasa
tersebut sehingga hasilnya dapat digunakan pengajaran bahasa kedua atau bahasa
asing.
Tiga cara yang dapat ditempuh dalam membandingkan dan mengkontraskan
adalah :
1)
Kesamaan struktur
2)
Kesamaan
terjemahan, dan
3)
Kesamaan struktur
dan kesamaan terjemahan
Komponen bahasa dan aplikasinya dalam analisis kontrastif diantaranya
yaitu
a. Analisis
kontrastif fonologi
b. Analisis
kontrastif morfologi
c. Analisis
kontrastif sisntaksis
d. Analisis
kontrastif budaya
DAFTAR PUSTAKA
Guntur
Tarigan, Henry. Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa. Bandung : PT.
Angkasa, 2009
Daniel Parera, Jos . Linguistik
Edukasional. Jakarta : PT.Erlangga, 1997.
Fachrurrozi, Aziz dan Muhajir. gramatika bahasa Arab. Ciputat : lembaga
penelitian UIN Syarif Hidayatullah.
Zaenuddin,
Mamat. Makalah ;”Studi Analisis Kontrastif dalam Pengajaran Bahasa Arab”. Jakarta
: Program Pascasarjana (S3) UIN 2004.
Rujukan
Website :
Di akses
(26/03/2012), http://pasca.unand.ac.id/id/wp-content/uploads/2011/09/Artikel-untuk-syarat-wisuda.pdf
Di akses
(22/03/2012), http://file.upi.edu/Direktori/DUAL-MODES/PEMBINAAN_BAHASA_INDONESIA_SEBAGAI_BAHASA_KEDUA/9_BBM_7.pdf
Di akses,
(22/03/2012), http://joebukan.blogspot.com/2011/09/pembelajaran-bahasa-arab-berbasis-cross.html
[1]
Henry Guntur
Tarigan, Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa, (Bandung; Angkasa,
2009).,hal 5
[2]Mamat Zaenuddin,
Makalah ;”Studi Analisis Kontrastif dalam Pengajaran Bahasa Arab”,Program
Pascasarjana (S3) UIN Jakarta 2004.,hal. 2
[4]Di akses
(26/03/2012), http://pasca.unand.ac.id/id/wp-content/uploads/2011/09/Artikel-untuk-syarat-wisuda.pdf
[5]Henry Guntur
Tarigan, Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa,….,hal 5
[6]Mamat Zaenuddin,
Makalah ;”Studi Analisis Kontrastif dalam Pengajaran Bahasa Arab”,…,hal.
2
[7]Di akses
(22/03/2012), http://file.upi.edu/Direktori/DUAL-MODES/PEMBINAAN_BAHASA_INDONESIA_SEBAGAI_BAHASA_KEDUA/9_BBM_7.pdf
[8]Jos Daniel Parera,Linguistik
Edukasional, …., hal. 105
[9] Di akses (22/03/2012), http://file.upi.edu/Direktori/DUAL-MODES/PEMBINAAN_BAHASA_INDONESIA_SEBAGAI_BAHASA_KEDUA/9_BBM_7.pdf
[16]Jos Daniel Parera,Linguistik
Edukasional,….,hal. 109-110
[19]Aziz fachrurrozi dan
muhajir, gramatika bahasa Arab, (lembaga penelitian UIN Syarif
Hidayatullah., hal.i
[20]
Di akses,
(22/03/2012), http://joebukan.blogspot.com/2011/09/pembelajaran-bahasa-arab-berbasis-cross.html
Wah, baru tau saya....
BalasHapusassalaamu'alaikum..akh,rncna sy akn m'bhas tesis tntg aplikasi anakon dalam pembelajaran bahasa arab spt d tulisan akh ini..kira2,rujukanx byk gag y yg berbahasa arab?trim's blsnx..
BalasHapus